Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2024

Antara Menulis Manual dan Mengetik

Aku sudah jarang membuat catatan pakai tulisan tangan. Padahal aku tahu sendiri bahwa menulis pakai tangan adalah cara paling efektif untuk diri sendiri, entah itu menghafal, memahami sesuatu, atau mengikat ilmu. Gaya belajarku sendiri adalah menulis (writing) dan membaca (reading) . Aku merasa tidak optimal saat belajar tidak dibarengi dengan menulis, karena menulis membantuku lebih mudah mengingat dan memahami apa yang sedang aku pahami. Hanya saja gaya belajar dengan menulis dan membaca ini lebih banyak memakan waktu dan perlu kesabaran. Di era yang serba cepat dan praktis ini aku merasa bahwa aku juga harus merubah gaya belajarku tentunya yang “ cepat namun efektif”. Sekalipun mengetik sama-sama melibatkan jari tetapi hasil akhir yang kudapatkan berbeda. Karena pemikiran itulah akhirnya aku mencoba mencari gaya belajar baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan kepraktisan. Tetapi ternyata aku tetap tidak menemukan cara yang lebih baik. Mari kita urai satu persatu berdasar

Kenapa Guru?

Ada satu postingan yang tidak sengaja mampir diberanda reels dari salah satu postingan akun @wenuri92. Dalam videonya dibuka dengan pertanyaan “Kenapa guru?” kemudian ia melanjutkan “Guru tuh punya prinsip kerja sekeras-kerasnya gaji seikhlas-ikhlasnya. Ya kali ada yang mau. Jadi, banyak guru yang kerja seikhlas-ikhlasnya. Jadi guru tuh susah, apalagi di sekolah negeri, magang di BUMN, perusahaan multinasional, startup , terlalu gampang. Tapi magang di sekolah negeri semuanya penuh misteri. Enggak ada open rekrutmen, gak ada syarat dan ketentuan, tiba-tiba ada aja guru honorer. Gak tau tuh pakai jalur langit, jalur tol, MTR. Kuncinya cuman satu, koneksi. Yah, minimal keponakan jauhnya security-lah ”. Berbicara mengenai guru, kebetulan Aku salah satu mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Prodi Pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia, yang mana jika dilihat dari apa yang kuambil sekarang prospek kedepannya tentu menajdi guru. Lantas, apakah Aku benar ingin menjadi guru? That

Tulisan dan Makna

|Selamat memaknai, setiap hari, indrii . Seseorang me- reply salah satu postinganku yang membagikan link up blog terbaru dengan caption ‘Mumpung ingat, apakah ini bisa disebut puisi? Idk. Selamat membaca dan berkelana pada untaian kata yang tidak begitu tertata apalagi bermakna’. Kurang lebih seperti ini, Setiap kata, kalimat sampai menjadi sebuah tulisan itu selalu punya makna nya sendiri ko ndri, bahkan bila itu hanya untuk penulis nya sendiri, sebab makna adalah jiwa dari isi tulisan yang diwarnai. Selamat memaknai, setiap hari, indrii. ….Menulis itu sama dengan membebaskan pikiran ndri, jadi bebasin pikiran kamu dan biarkan orang-orang membebaskan pikiran nya sendiri dalam memaknai tulisanmu.   Jika kutelaah kembali dari makna yang terselip di caption itu, memang ada perasaan ketidak percayaan diri dan rasa takut. Jadi, ketika pesan itu kubaca aku merasa tertampar dan diingatkan kembali. Bahwasannya mengenai makna dalam suatu tulisan itu urusan sipenulis dan hasil tuli

Jangan Kasihani Aku

Kepada tuan dan puan yang menatapku di sudut kelam sana Jangan engkau menatapku dengan penuh nanar Sungguh sekalipun aku merangkak dalam kepiluan Jangan engkau ulurkan saputangan kesenduan Biar kuusahakan dengan penuh pengorbanan Segala hal yang ingin kuwujudkan dan taklukan Sekalipun dalam kesedihan  Dan kesulitan yang tiada berkesudahan Telah kukuatkan diriku sendiri Untuk merangkak di atas terjalnya padang pasir panas Menuju mata air kesejukan  di bawah padang senja yang damai  Kadang kala, rasa kasihan yang kuterima hanya akan menelanku pada penderitaan, dan akan menenggelamkanku pada pasir ketidakpantasan juga menjebakku pada kaktus kesengsaraan. tuan dan puan, sudah aku memohon untuk kesekian kalinya jangan engkau kasihani aku cukuplah engkau menyaksikan penderitaanku dalam diam cukuplah engkau melepaskan dahaga doa-doamu untuk keselamatan. 7 Mei 2024