Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Monolog hati

Yang Kubilang Rindu itu, Kebohongan

Aku hanya pandai membuat judul memikat Tanpa isi yang penuh makna tersirat Dengan kerinduan kosong tanpa sekat Ternyata hanya kebohongan yang melekat Pada setiap kata yabg kuucapkan, Itu hanya sebuah kebohongan Yang kupoles dengan diksi penuh tipuan Takan kau temukan kekeliruan Dalam setiap katanya,  karena sudah kuselipkan janji-janji manis pada setiap baitnya  Kau akan terlena dibuai kata tanpa makna Kau akan tersungkur pada diksi yang fana Kau hanya akan terperangkap pada imaji fatamorgana Biar kukatakan sekali lagi- aku hanya pandai membuat judul yang memikat, tanpa isi yang menyimpan makna tersirat. Dan yang kubilang rindu itu, adalah sebuah kebohongan.

Setelah Gagal Kemarin

Kurasa kedepannya bakal ketemu lebih banyak lagi kegagalan-kegagalan lainnya, yang bahkan mungkin akan menjatuhkanmu lebih dari ini. So, Kamu sudah siap menyambutnya? Nanti dikegagalan berikutnya, aku harap kita sudah lebih siap lagi menyambut kedatangannya. Sudah kita siapkan ruang patah hati dalam diri untuk menikmati kesakitannya. Kita harus sudah siap. Tentang gagal kemarin mari kita lupakan, anggap saja itu ospek dari semesta yang katanya untuk membentuk diri kita lebih kuat dan melatih mental kita. Biar kita tunjukan bahwa kita sekuat itu untuk kegagalan kemarin. Tentang jalan hidup yang tak sesuai dengan keinginan kita, biarkan itu melebur berbaur dengan naskah takdir yang diatur semesta. Mari kita mendalami peran yang telah ditetapkan semesta, menikmati jalan ceritanya hingga nanti kita betemu endingnya. Baik ataupun buruk pada akhirnya, kita sudah bermain peran sesuai aturannya. Kita sudah berusaha. Jika kegagalan berikutnya menyapa kita kembali. Maka, kemari. Tak

Malam Sendu di Bawah Dekapan Langit Jakarta

Malam sendu di bawah dekapan langit Jakarta. Aku berjalan, menelusuri lorong-lorong yang hampir tidak terpakai. Menyapa trotoar-trotoar jalan kesepian. Aku menghibur diriku sendiri. Atas duka yang kurasakan lima menit lalu. Tidak apa-apa, aku akan melaluinya. Malam sendu dibawah dekapan langit Jakarta, juga kekecewaan yang semakin menggila menguasai diri tak terkendali. Aku meraung sakit. Sedikit sesak hingga sulit ku mengerti. Aku marah pada rumput-rumput yang hanya bisa menertawakan ku di jalan. Meneriaki ku karena aku menunjukan kesedihan. Bukankah itu sah-sah saja? Aku juga manusia. Aku dicumbu rasa cemburu kehidupan, marah atas hal-hal yang tidak bisa kuraih. Rasa benci juga ikut menggerogoti diri, mendesak hingga sesak. Rusak.  Kekecewaan itu kian menggunung di ujung pelupuk mata menjelma genangan air yang siap tumpah kapan saja. Aku terluka, luka-luka yang ku kira terkira ternyata tidak terkira. Memeluk hati yang rapuh dan luka yang kian hari kian mendalam.  Terpenjara perasaan

Langitku Bukan Tentang Kamu Lagi

Langitku bukan tentang kamu lagi.  Namamu sudah melebur terbawa angin lewat, tertarik paksa dari dalam diri meski sudah ku kunci rapat-rapat dalam hati. Daun-daun melambai sendu, ikut bersedih atas duka yang kurasakan.  Angin menyapa ilalang-ilalang yang menyanyikan lagu patah hati. Langit juga ikut sendu, menggelap hingga turun hujan.  Mencoba membantu menghapus jejak langkahmu juga segala kenangan indah yang pernah kita lukis di sepanjang jalan. Aku sendirian, berdiri ditepi harapan yang ku bangun dengan angan. Segala kenangan indah yang kita lalui melambai membelai mesra ingatan.  Aku tidak tahan. Buang saja. Percuma ku saksikan jika hanya membangun kesepian itu semakin mencekik diri. Aku tertunduk, membisikan kekecewaanku pada bumi. Biarkan saja, akan ku beritahu segala sakit juga kecewa yang kurasakan. Syukur-syukur dia menenggelamkan mu pada bagian terdalam luka yang kurasakan.  

Rain-Raini-Rindu

"Rain-Raini-Rindu" Tiga kata sejuta makna. Bagi seseorang yang menyimpan kenangan dalam hujan akan ada masa dimana saat hujan kenangan itu kembali mencuat kepermukaan layaknya air yang meluap.  Entah itu kenangan yang menyenangkan atau menyakitkan. Aku satu dari sekian orang yang menyimpan kenangan pada hujan, menitipkan bagian-bagian cerita yang ku rangkai pada setiap butir-butir hujan yang jatuh dengan harapan itu akan abadi disana, bersama hujan. Sialnya aku menyesal. Aku lupa jika yang kutitipkan bukan hanya tentang kebahagiaan tapi juga hal yang menyakitkan. Makannya, adakalanya aku suka saat hujan ada kalanya aku benci dengan hujan. Hujan harusnya meninggalkan genangan bukan malah mengingatkan kenangan. Drieeindri

Perasaan yang Sama-sama Menyebalkan

Kubuka lagi lembaran-lembaran naskah cerita kita yang sempat kutulis Berharap masih ada bab yang bisa kulanjutkan kisahnya Ternyata, naskah itu berhenti di bab perpisahan. Sore itu, sore yang penuh dengan kebisuan. Langit jingga kehilangan keindahannya ditelan malam yang kelam. Udara dingin yang menusuk juga sunyi yang mengusik. Kita terdiam diakhir kata selesai, udah sampai sini aja, tidak bisa lanjut. Bukan karena bosan atau hilang perasaan tapi karena sudah tak sejalan. Kau dengan rasa sakitmu, aku dengan rasa kehilanganku. Perasaan yang sama-sama menyebalkan. 

Pikiran Manusia Emang Seriuh Ini Ya?

Saya hampir tenggelam pada lautan pikiran yang tak berdasar. Sebelum akhirnya ditarik kemudian oleh kenyataan. Akhir-akhir ini pikiran saya tidak baik. Banyak hal yang seharusnya saya pikirkan malah menjadi-jadi menciptakan kekhawatiran.  Khawatir akan hari esok, lusa, dan seterusnya. Pertanyaan 'bagaimana kalau' terus bersarang dikepala tanpa pernah menemukan jawaban. Haha pikiran manusia emang seriuh ini ya? Berisik. 

Aku Ada di Sini, Senantiasa Menanti Kepulanganmu

Hari ini aku bertemu adikmu, dia sama kayak kamu, sama persis.  Bedanya dia versi perempuan.  Dia tumbuh cantik, sangat cantik. Kamu pasti membanggakan dia, aku bisa membayangkan kamu bersemangat menceritkan tentang dia.  Bahkan sepanjang hari itu hanya akan kamu isi tentang dia. Aku akan mendengarkan kamu, tenang saja. Bolehkan dia ku ajak ke rumahku? Akan kujadikan dia sebagai tahanan tidak langsung. Aku tidak akan mengijinkan dia pulang, jika kamu tidak menjemputnya. Aku ingin bertemu denganmu. Sejak perpisahan waktu itu, perpisahan yang kuanggap bukan perpisahan (meski akhirnya kamu menghilang) aku tidak pernah bertemu denganmu lagi.  Apakah luka yang kutorehkan padamu terlalu dalam, sampai-sampai kau menyembunyikan diri. Berlari sejauh mungkin agar tidak bertemu dengaku lagi? Apakah, rasa sakit itu masih terasa jelas? Mari aku obati, kata orang terkadang yang bisa menjadi obat atas luka adalah sumber luka itu sendiri. Apakah, semua hal tentangku menjadi ingatan terburu

Kanvas Kesepian

Tidak bisakah kau merasakan bahwa laut tengah menangis kesepian. Meratapi buih-buih yang pergi meninggalkannya sendirian. Tidak bisakah kau merasakan bahwa laut tengah meraung kesakitan. Menyuarakan kekecewaanya pada buih yang meninggalkannya sendirian. Kanvas itu kosong Sepi Sendirian Kanvas itu mulai terisi Penuh dengan goresan-goresan tinta hitam-putih mewakili kekecewaan. Kanvas itu mulai berwarna, Penuh dengan warna-warna cerah lambang kebahagian. Nyatanya kanvas itu masih merasa sendirian Kosong Dan kesepian Itu adalah warna semu yang terpaksa tergoros oleh tangan seseorang yang merindu kebahagian. Tidakkah kau berpikir bahwa aku kesepian Sendirian dalam gelap penuh kesedihan Tenjebak dalam kanvas kesepian.

Kau Bukan Tokoh Utamanya

Kau bukan tokoh utamanya. Hanya aku yang terlalu pandai merangkai kata, menuliskan namamu dalam setiap ceritaku hingga kau tampak sang tokoh utama. Nyatanya, kau bukanlah tokoh utamanya Kau hanya bagian dari kisah-kisah pelarian yang tak kunjung bisa aku wujudkan Kau hanya tokoh pengganti yang kebetulan sama dengannya Kau hanyalah pemeran pengganti untuk dia yang memilih pergi meski cerita belum sempat kuselesaikan. Kau bukan tokoh utamanya

Berhenti Hidup?

Rasanya enggak adil jika kita berhenti disini. Sementara diluar sana masih banyak orang yang punya masalah jauh lebih berat daripada kita.  Jangan bilang hanya karena keadaanmu enggak sesuai dengan apa yang kamu harapkan kamu ingin berhenti dan ngaku kalah pada kehidupan. Ini hanya masalah waktu dan kesabaran.  Nanti, akan tiba saatnya dimana kita bisa hidup sesuai dengan apa yang kita harapkan. Bersabar dengan segala proses, step by step, pelan-pelan kita akan sampai tujuan.

Akan Menjadi Seperti Apa Kamu?

[Akan Menjadi Seperti Apa Kamu?] Sejatinya tidak ada yang tahu, akan menjadi apa kita di masa depan karena mengetahui bagaimana masa depan kita otu diluar kemampuan kita. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha sebisa mengkin untuk membuat masa depan kita menjadi lebih baik, salah satu caranya adalah dengan melakukan hal-hal positif atau menerapkan habit baik untuk diri kita. Iya, sok bijak banget kan aku bilang kayak gitu. Seolah-olah aku sudah benar-benar bisa menerapkan hal itu pada diri sendiri, melakulan hal-hal positif, menerapkan habit baru padahal tidak jauh dari sekedar rebahan. So, turut berduka cita sama diri sendiri. Sejujurnya aku benar-benar marah dan enggak tahu harus bagaimana lagi untuk menyikapi diri sendiri yang sudah mengakar dengan zona nyaman yang kuciptkan sendiri. Akhhhh rasanya benar-benar ingin mengoyak diri sendiri, tapi cukup sadar diri bahwa itu akan menyakitkan. Hal yang paling membuatku marah adalah, atas pertanyaan kenapa aku tidak bisa m

Kehilangan (again)

Namanya juga kehilangan (again), jadi kosong. Semua cerita tentang kamu sudah terhapus, hilang.  Tulisan-tulisanku kehilangan tokoh utamanya, bahkan  sampai sekarang belum menemukan penggantinya. Jadinya ya tetap kosong, tanpa cerita sang tokoh utama.  Karena kamu yang awalnya kujadikan tokoh utama dalam setiap tulisan-tulisanku memilih pergi, mengakhiri setiap cerita sebagai tokoh utama. Meski katamu "kamu bisa mencari tokoh utama yang jauh lebih baik daripada aku, sang tokoh yang bisa membuat tulisan-tulisanmu jauh... lebih berwarna dan bahagia" Haaahh... sulit memang. Sang tokoh utama terlalu melekat dalam setiap jari-jari yang merangkai kata tuk menjadikannya tulisan.  Kepada kamu sang tokoh utama dari setiap tulisanku yang lebih memilih pergi meski cerita belum selesai. Terima kasih selama ini sudah menjadi warna dan rasa dari setiap tulisanku.

Afraid

Perasaan takut sering datang menghampiri orang-orang yang mulai ragu. Ragu akan dirinya sendiri, sehingga hilang rasa percaya dirinya seiring dengan ketakutan yang menguasai diri. Takut akan gagal Takut akan pilihan Takut akan ditinggalkan Takut akan kehilangan Ketakutan akan menjadi penghalang kemajuan diri selama ketakutan itu terus dibiarkan menguasai diri. Lepaskan ketakutan itu, biarkan ketakutan itu pergi. Hilangkan semua keraguan dalam dirimu lalu mulailah melangkah meninggalkan segala ketakutan dan keraguan. Keep fighting, percaya padaku. Selama ketakutan tak dibiarkan menguasai diri maka kamu akan  mencapai apapun yang ingin kamu capai. Jadi, selamat meninggalkan ketakutan🌝.

Berhenti!?

Rasanya Caca ingin pergi jauh sekali, ketempat yang mungkin orang-orang tidak tau keberadaanya. Menghilang sejenak dari keramaian dan rumitnya kehidupan. Hah, barangkali itu salah satu jalan agar bisa membuatnya tenang, pikirnya. Caca berjalan dipinggir jalan, menelusuri trotoar jalan dengan santai. Langkahnya pelan layaknya keong yang tengah membawa rumahnya berjalan, pikirannya kalut, air matanya tertahan menggenang dipelupuk mata. Rasanya bisa sesakit ini, menekan hingga ulu hati paling dalam. Langit semakin pekat, kesunyian semakin mendekap erat mengalahkan riuhnya suara-suara yang ada dipikiran. Berisik. Hembusan napas lelah terdengar, Caca memilih berhenti tepat di bawah lampu jalan. Rasa-rasanya ia belum ingin pulang, ia ingin pikirannya tenang. Berharap angin malam yang menerpa wajahnya halus bisa membawa segala luka yang tengah dirasanya sekarang. Tangisnya pecah. Menangis dalam diam menyembunyikan kepalanya diantara tangan yang memeluk lutut. Lampu jalan menjad

Aku Tau Kamu

Aku tau kamu, ya aku tau kamu. Sekali lagi aku tau kamu. Kamu sosok manusia yang entah bagaimana berhasil mematahkan hati anak manusia ini. Aku tak akan menyalahkanmu perihal luka itu, karena kamu tidak tahu apa-apa mengenai luka. Aku yang membuatnya sendiri karena sudah berani menyukaimu. Sesosok sempurna dengan senyuman yang bagi siapa saja yang melihat akan terpikat. Dan sialnya, aku termasuk salah satunya. Kamu tak perlu meminta maaf, Salahkan saja hati kenapa mudah jatuh hati!

Malam Ini Hujan

Hay, malam ini hujan. Malam yang dingin ditemani riaknya air hujan yang menari-nari di atas atap rumah Seakan tak perduli dengan sang pemilik hati tengah meraung-raung kebingungan Bermain-main dengan rasa ragu Berangan-angan dengan harapan. Udaranya dingin, menelusup pelan membelai halus kulit seakan memberitahu bahwa rindu belum sempat terbaca oleh sang pemilik nama. Rindunya belum sempat terbaca hujannya sudah terlanjur reda. Hay, malam ini hujan Sayangnya hanya sebentar Rindu belum sempat diantar, ragu juga tak kunjung pudar Yang tersisa sekarang hanya malam dengan kesunyian, harapan dan kenyataan Berharap bisa bebas memeluk hujan, kanyataan menampar dengan ketidakmungkinan Berharap bisa bebas memeluk angin, kenyataan menampar dengan ketikamungkinan Aku terlalu jauh berpikir, sampai lupa bahwa aku sudah terlalu jauh berangan-angan sampai patah, terbelenggu ragu hingga kecewa yang pada akhirnya menyisakan sakit sendirian.

Sore Ini Hujan

Hay, sore ini kembali hujan. Banyak orang-orang berlarian mencari perlindungan dari banyaknya air yang turun. Ada yang menggerutu karena hujan semua rencana yang ia rencanakan tak bisa berjalan, ada yang bahagia karena mengingatkannya akan hal-hal manis yang pernah dilakukan, ada yang menangis karena merasa diingatkan akan lukanya. Aku sendiri lebih senang memperhatikan dari setiap bulir hujan yang mengenai bumi, tenang. Seringan itu hujan jatuh? Airnya dengan tenang mengalir, menyelusup pada akar-akar rumput yang erat memberikan kesegaran pada kaki - kaki yang berlarian. Hey, sore ini masih hujan. Dan aku masih terjebak dalam ketengan, terhayut dalam diam yang diciptakan, terlena oleh nada hujan yang memanjakan. Dan masih bingung dengan kosongnya pikiran. Banyak pertanyaan yang ingin kuajukan atas jawaban dari berbagai pertanyaan kenapa dan mengapa. Sesakit ini kenyataan, selelah ini bertahan, dan serapuh ini berjalan sendirian, tanpa tumpuan, tanpa perlindungan.

Si Aku yang Terperangkap dalam Permainan Rasa

Rasanya kadang sulit hanya untuk memahami apa yang sebenarnya sedang dirasa. Apa itu rasa takut, cemas, khawatir, kecewa dan bahkan perasaan seorang pecundang yang takut menghadapi kenyataan?  Rasa-rasanya sangat nggak nyaman atau bahkan menakutkan jika terus-terusan terpendam dalam diri yang nggak tau bagaimana caranya menguraikan rasa.  Apa itu beneran rasa takut?  Rasa kecewa?  Rasa cemas?  Kenyataannya semua tentang rasa yang biasa seorang pencundang rasa. Iya, aku pecundang. Aku akui itu. Aku takut untuk memulai yang bahkan belum aku mulai, aku takut akan penolakan, aku takut kalo hal itu nggak sesuai denfab apa yang diharapkan dan aku takut.  Bagaimana sudah mirip seorang pecundang bukan?  Tentang diri yang nggan berdamai dengan rasa sakit. Iya, semua rasa takut yang timbul bukan semata-mata ada tanpa ada yang menjadi pemacu dibelakangnya, sedikit ataupun besar pasti ada yang menjadi sebab-akibatnya. Salah satunya takut akan penolakan. Seharusnya udah nggak ngerasa asing lagi den

Self Healing

  Hal yang paling bisa bikin bahagia itu adalah saat dimana diri sendiri bisa menikmati apa yang sedang di jalani,  seperti saat ini aku tengah duduk di tempat yang menurut aku nyaman sembari menikmati beberapa makanan.  Apalagi kalo ditemani roti kukus pengkolan,  rasanya menjadi semakin damai dan tenang meski beberapa kali orang-orang yang lewat menatap bingung, "Tuh orang lagi ngapain?"  pikirnya.  Dimata orang pasti terlihat aneh karena melihatku yang tengah tersenyum riang sambil memakan makanan yang sempat aku beli tadi, bukan karena aku mulai tidak waras hanya karena memikirkan permasalahan hidup yang tidak kunjung menemukan ujung. Tapi, aku hanya sedang menikmati. Bisa dibilang ini salah satu cara terbaik untuk menghilangkan beban pikiran, kalo kata orang "Self Healing"  iya ceritanya gitu.  Sebelum aku berakhir di tempat ini,  aku tadi sempat menyelesaikan sesuatu yang harusnya diselesaikan. Berdiskusi mengenai proker-proker eskul yang harus seg