Hari ini aku bertemu adikmu, dia sama kayak kamu, sama persis.
Bedanya dia versi perempuan.
Dia tumbuh cantik, sangat cantik. Kamu pasti membanggakan dia, aku bisa membayangkan kamu bersemangat menceritkan tentang dia. Bahkan sepanjang hari itu hanya akan kamu isi tentang dia. Aku akan mendengarkan kamu, tenang saja.
Bolehkan dia ku ajak ke rumahku? Akan kujadikan dia sebagai tahanan tidak langsung. Aku tidak akan mengijinkan dia pulang, jika kamu tidak menjemputnya. Aku ingin bertemu denganmu.
Sejak perpisahan waktu itu, perpisahan yang kuanggap bukan perpisahan (meski akhirnya kamu menghilang) aku tidak pernah bertemu denganmu lagi.
Apakah luka yang kutorehkan padamu terlalu dalam, sampai-sampai kau menyembunyikan diri. Berlari sejauh mungkin agar tidak bertemu dengaku lagi?
Apakah, rasa sakit itu masih terasa jelas? Mari aku obati, kata orang terkadang yang bisa menjadi obat atas luka adalah sumber luka itu sendiri.
Apakah, semua hal tentangku menjadi ingatan terburuk dalam memorimu? Kemari, aku akan mengubahnya menjadi ingatan paling indah.
Apakah, aku benar-benar tidak memiliki celah untuk kembali padamu? Apakah kamu benar-benar tidak ingin bertemu denganku barang sedetikpun?
Suatu hari, jika kamu berubah pikiran lalu sedang mengingatku meski itu hanya tentang ingatan-ingatan yang menyakitkan. Maka, kemari, kemarilah. Aku ada disini senantiasa menanti kepulanganmu.
Comments