|Terima kasih sudah berkunjung. Ini merupakan bagian dari project pembiasaan diri menulis, jadi selamat berkelana|
Hi,
Sudah lima hari saya enggak menulis untuk melaporkan kegiatan atau perasaan saya. Dan saya menyesal karena pikiran saya tidak tertuang dengan baik. Saya telah membiarkannya menumpuk dalam kepala hingga rasanya ingin pecah. Lima hari ini kepala saya penuh dengan kemarahan-kemarahan kecil yang sengaja saya sembunyikan, rasa kecewa yang entah bagaimana hinggap di kepala (lagi), rasa sedih yang kembali mengkungkungi hati dan rasa takut yang menjelma bayangan senantiasa memeluk jiwa.
Saya kembali terlena oleh luka-luka dan rasa takut dari masa lalu. Saya kembali terjebak pada pikiran-pikiran keraguan hingga saya ingin berhenti dan menyerah. Melihat diri seperti itu, saya merenung dan berusaha menganalisis perasaan yang dirasakan dan tetap menjaga kesadaran agar tetap bisa mengendalikan diri.
Hal-hal yang tidak saya tulis adalah hal-hal yang saya selalu lari darinya. Ketika saya merasa tidak baik-baik saja alih-alih menuliskan keresahannya, ketakutannya, kekhawatirannya saya lebih memilih untuk tetap menyimpannya di kapala saya. Diam menatap langit-langit kamar lalu menangis sendirian.
Saya akui untuk beberapa hal saya masih takut untuk menuliskannya. Bisa dikatakan kepada diri sendiri saja, saya masih belum bisa jujur apa adanya. Sekalipun saya telah membuat aturan perjanjian dalam menulis.
Bahkan dengan diri saya sendiripun saya masih takut untuk menjelaskan hal yang sebenarnya.
Lupakan tentang saya yang tidak ingin jujur. Lima hari tidak menulis cukup berpengaruh pada pengelolaan emosi dan perasana saya. Biar saya uraikan apa yang saya temukan selama tidak menulis.
Overthingking meningkat
Biasanya ketika saya menulis semua hal rumit di kepala, saya tuangkan dalam bentuk kata. Hanya ketika saya tidak menulis otomatis hal-hal berisik di kepala tidak tertuang dengan baik alhasil menumpuk dalam kepala yang ujung-ujungnya membawa pikiran pada ketakutan-katakutan dan melahirkan overthingking.
Ternyata saya kewalahan jika terlalu lama berinteraksi dengan banyak orang terutama orang baru-itu menyerap energi saya lebih cepat hingga saya merasa capek.
Saya merasa bernergi ketika berinteraksi dengan orang, bagi saya ngobrol random, diskusi dan lainnya yang melibatkan komunikasi adalah charge diri. Ketika saya kurang berinterkasi atau lebih banyak sendiri maka saya akan kehilangan energi dan kehilangan motivasi hingga ujung-ujungnya mengarah pada overthingking.
Intinya antara waktu sendiri dan waktu berinteraksi dengan orang lain saya harus seimbang. Tidak boleh lebih berat pada salah satunya saja.
Akhir-akhir ini saya banyak kenalan dengan orang baru, dikenalkan sama teh Deti yang kebetulan kita bakal ada diproject untuk kegiatan sosial di bulan ramadan. Teh Ikrimah, Teh Dewi, Andhita, anak-anak SEMAK, Papah, dan bagian cikal bakal panitia Derma Kawula ( baru bertemu sebagian).
Saya senang ketika dikenalkan dengan orang-orang baru, karena dapat energi baru, pengalaman baru, perspektif baru, tujuan baru, dan hal-hal baik lainnya.
Tapi ada kalanya ketika lagi senang-senangnya berinteraksi tiba-tiba merasa lelah sendiri, hal ini baru saya sadari. Mungkin lebih tepatnya ketika berinteraksi dengan orang baru dalam jumlah banyak dalam hal ini saya selalu memerlukan waktu sedikit lebih lama untuk benar-benar bisa menyesuaikan diri dengan keadaan dan ini yang membuat saya merasa lelah (?) Karena energi diri lebih cepat terserap untuk hal-hal baru.
Saya tidak suka wangi kopi - karena bikin pusing
Dari dulu memang kurang cocok dengan kopi, saat banyak orang yang tergila-gila dengan kopi saya sendiri tidak terlalu suka. Ada efek yang langsung saya rasakan ketika meminum kopi sekalipun hanya seteguk, seperti kepala jadi lebih terasa berat, jantung berdetak lebih cepat, napas sedikit tidak beraturan, dan yang paling penting adalah membuat saya ngantuk.
Sore kemarin (8/03/2024), saya ada agenda bersama teh Deti yaitu membuat proposal untuk project nanti. Saya datang sore hari, kita janjian di Tekun di Jl. Siti Jenab No.52, Pamoyanan, Kec. Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat 43211, outlet minuman yang menjual berbagai jenis menuman dimulai dari Thai Tea Series, Green tea series, Milk tea series, Chocolate series, Milo & Ovaltine, Milky series, Es Kopi dan Es Kopi Susu, dan Ice Cream berbagai rasa. Untuk harga sendiri dimulai dari Rp. 16.000 s.d Rp. 26.000 untuk minuman sesuai dengan ukuran dan Rp. 8.000 s.d Rp. 16.000 untuk ice cream.
Ini pertama kalinya saya ke Tekun. Ketika sampai, saya dikenalkan dengan orang baru yaitu teh Ikrimah yang ternyata satu alumni SMA dan sekampus hanya berbeda fakultas. Ada juga Andhita, anak yang berenergi dan penuh semangat. Ditengah-tengah percakapan, wangi kopi menguar di udara dan membelai lembut penciuman hingga sampai ke otak dan pusing. Selain itu juga berhasil membawa pada kenangan ketika saya kecelakaan di jalan Raya Bogor sepulang tes UTBK di IPB tahun lalu. Dari sini saya menyadari tidak suka wangi kopi.
Saya masih belum bisa bilang tidak untuk hal-hal yang memang tidak ingin saya lakukan.
Saya membawa diri saya untuk berani mengatakan tidak untuk hal-hal yang memang tidak ingin saya lakukan, inginkan, libatkan. Nyatanya saya masih sulit untuk bilang tidak ketika penawaran-penawaran itu ada di depan mata saya. But, its okay kita lihat sisi positifnya saja.
Saya masih takut, belum ikhlas, dan masih marah untuk hal-hal yang tidak bisa saya ceritakan dengan jelas. Hanya ini pengangan saya ketika hal-hal itu saya rasakan kembali
"Ada hal-hal yang emang enggak bisa kita kendalikan. Itu diluar kemampuan kita. Tugas kita hanya berusaha, menerima dan memasrahkan segala urusannya pada Allah. It's okay sekarang belum menerima nikmati saja dulu perasaanya tapi jangan berlarut-larut ya, terima kasih masih bertahan."
Ini semacam afirmasi positif untuk diri sendiri dan bagi saya ini cukup ampuh untuk membuat perasaan menjadi lebih baik.
Dunia itu aneh.
Makin hari, makin banyak orang-orang aneh di luar nurul. But, saya juga orang berarti saya aneh? Hehe
Jalin relasi untuk menghadirkan rezeki-kata Papah
Ketika kita berkenalan dengan orang baru secara otomatis relasi kita terjalin, dan itu percaya gak percaya, sadar tidak sadar bisa menghadirkan rezeki. Entah melalui informasi lowongan kerja misalnya, ada yang mengajak bangun bisnis bersama dsb. Jadi penting untuk memperluas relasi.
Terakhir kata Papah cari pacar yang banyak hehe, iya gak teh Deti?
Mungkin itu saja, hal-hal yang bisa saya uraikan selama saya tidak menulis. Hal-hal yang saya tulis bisa dibilang Diary, tapi lebih tepatnya saya menyebutnya Journaling. Di mana journaling ini lebih ke mereview hal-hal yang kita lakukan hari ini, perasan kita hari ini, hal-hal yang kita syukuri dsb. Bedanya ada kolom-kolom khusus yang harus kita isi seperti, agenda harian, mingguan dan bulanan, to do list, time tabble, habit tracker, mood trakcker, reading atau waching list, target impian, skala prioritas, list tugas dsb.
Journaling atau boulet journal berbeda dengan menulis diary dikutip dari jejakpustaka.com
Sekilas sama dengan buku “diary”. Tentunya “journaling” sangat berbeda. Sebab jurnal pribadi bisa menuliskan apapun yang dirasakan, dialami, dan direncanakan. Sementara buku diary cenderung menceritakan apa saja yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.
Journaling sendiri lebih dibuat untuk membuat diri lebih terstruktur, terkendali dan tahu hal-hal yang harus dilakukan.
Saya sendiri terkadang bingung dengan apa yang sebanarnya harus saya lakukan. Jika ada boulet journal saya menjadi lebih tahu apa yang harus saya lakukan hingga setiap harinya ada goals yang saya selesaikan. Dengan journaling juga membantu memilah dan memilih yang penting, kurang penting, dan tidak penting dilakukan.
Sekian terima kasih, dilain kesempatan akan saya sharing mengenai boulet journal secara khusus.
Terima kasih sudah membaca, yuk cerita.
Beberapa contoh journaling saya tahun 2021 dan 2022, di Journal Drie 2021 dan 2022
Comments