Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2021

Niat Melupakan Tanpa Harus Meninggalkan

Rasa itu kadang nggak bisa kita pilih mau menempatkan rasa kita kesiapa, bisa jadi sebuah rasa muncul tiba-tiba sama orang terdekat kita, teman sekelas mungkin,  teman masa kecil,  atau bahkan ke orang yang baru kenal/ketemu bisa jadi, ada yang lebih parah yaitu punya rasa ke orang yang bahkan kita blm pernah ketemu sama sekali, kenal aja dari sosmed dan di comblangin sama aplikasi.  Parah gak tuh?  Itulah rasa emang gak bisa di atur. Tapi seenggak bisa di aturnya soal rasa kita bisa meminimalisir rasanya, rasa hati kita terhadap seseorang itu. Yaitu dengan cara pelan-pelan melupakan rasanya bukan orangnya. Tapi kalo mau sekalian sama orangnya juga gak papa, karena takut nih bakalan susah buat ngelupain rasanya karena orangnya selalu ada di sekitar kita. Yaudah lupain aja sama orang-orang nya. Saya sendiri perihal rasa sama seseorang kadang susah banget buat di atur, apa lagi kalo udah ada di hadapan orangnya sekaligus berasa mati kutu,  beku tak bisa berkutik. Tapi itu

Apapun Pekerjaannya Semoga Senantiasa Menjadi Berkah

"Apapun Pekerjaannya,  Semoga Senantiasa Menjadi Berkah"  Pagi-pagi saya sudah dimintai tolong untuk mengambil uang di ATM. Memang sudah biasa saya menjadi orang yang menerima jasa pengambilan uang (hehe ya lumayan buat nambah-nambah uang jajan). Dengan sedikit malas saya menyimpan sapu dari tangan saya karena saat itu saya akan menyapu halaman rumah, di tambah masih pagi dan udara masih dingin. Dengan segera saya bersiap-siap dan tak lupa juga menanyakan jumlah nominal uang yang harus saya ambil.  Tadinya saya akan pergi sendiri, tapi karena ada adik sepupu saya ya sudah saya memutuskan untuk membawanya saja karena itung-itung menemani di perjalanan.  Langit pagi begitu cerah dan sang surya nersinar dengan ceria di balik timur, saya lupa kalo ternya hari ini adalah hari  minggu jadi di sepanjang jalan saya menemukan banyak orang yang tengah berolah raga. Mereka sangat rutin sekali berolahraga di bandingkan saya yang hanya sesekali wkwkwk. Di tenah perjalanan saya

Sederhana Juga Udah Bahagia

Tingkat kebahagiaan seseorang berbeda-beda, ada yang bahagia karena bisa bertemu orang terkasihnya,  ada yang bahagia karena mendapat pelanggan, ada yang bahagia karena berkunjung ke salah satu tempat wisata, ada yang bahagia hanya karena melihat orang lain bahagia, ada yang bahagia bisa beli makanan favoritnya, ada yang bahagia hanya karena bisa berbincang banyak dengan orang penting, dan ada kebahagiaan sederhana lainnya yang bisa membuat orang bahagia.  Saya sendiri bahagia hanya karena melihat 3 orang membaca blog saya, dan itu sudah cukup untuk saya. Itu berarti saya berhasil membuat mereka tertarik dengan tulisan saya, meski hanya beberapa orang tapi itu suatu kebahagian sederhana saya.  Hari ini,  saya berkunjung ke salah satu cuci steam motor karena blacky (motor hitam saya) sudah lama tidak mandi hehe,  entah kenapa saya selalu enggan untuk memandikan Blacky padahal jika saya sendiri yang memandikan bisa gratis. Tapi saya lebih memilih untuk membawanya ke cuci stea

Sebenarnya Aku Berat Melepasmu

Waktu itu ketika kamu bilang "aku pergi ya?" sebenarnya aku berat melepasmu. Dan kamu dengan suara tenangmu bilang " aku yakin kamu akan baik-baik saja tanpa aku" aku kira kamu hanya bercanda dan tanpa ragu kamu benar-benar melangkah pergi.  Saat itu kamu hanya tidak tau saja seberapa sakitnya hatiku saat dengar kalo kamu akan pergi, bohong jika aku akan baik-baik saja tanpa kamu. Kamu nggak tau bagaimana berusahnya aku menahan air mataku sendiri agar tidak jatuh di hadapanmu.  Jika emang kalo kamu sudah tidak lagi menginginkan aku di hidupmu, kenapa harus melibatkan aku di kehidupanmu. Jika akhirnya kamu harus melepasku, dan membuat luka hatiku.  Jika sudah seperti ini aku bisa apa?  Meski sakit aku di paksa harus melepas. Jika tetap kupertahankan kamu akan semakin menghilang, jika tetap aku genggam kamu akan semakin tenggelam. Layaknya pasir pantai dalam genggaman tangan yang semakin erat di gemgam akan semakin hilang.  Aku sebisa mungkin mengobati ras

Masih Perihal Hujan dan Luka

Tadinya aku memang menyukai hujan. Tentunya itu sebelum aku bertemu kamu, sekarang entahlah. Entah aku masih menyukai hujan atau malah membenci hujan. Dulu aku selalu senang saat hujan datang di tengah kepenatanku menjalani hari, setiap butiran-butiran air hujan yang jatuh tepat di wajahku seolah-olah meleburkan semua rasa lelah. Aku juga senang saat berimajinasi di tengah-tengah hujan.  Aku selalu membayangkan akan ada pangeran berkuda putih yang mengulurkan tangannya untuk membangunkanku saat terjatuh,  lebay memang. Tapi itu sangat menyenangkan. Beda cerita kalo yang datang ternyata kamu dengan payung biru langitmu itu, itu adalah awal kebahagiaan sekaligus permulaan menuju luka. Hujan, selalu berhasil membawaku pada cerita yang penuh luka tapi hujan juga berhasil memberiku bahagia. Ada banyak kisah yang tercipta di balik hujan entah itu perihal luka, kecewa, bahagia, dan segala warna-warni cerita yang tercipta. Dan jangan lupakan,  bahwa kita juga pernah mengukir c

Antara Aku Kamu dan Hujan

Antara Aku Kamu dan Hujan Kita di pertemukan oleh hujan dan di pisahkan oleh hujan.  Aku tak tau jika akan berakhir seperti ini,  kisah antara kita berkaitan dengan hujan.  Itu sebabnya kenapa aku kadang membenci hujan, karena setiap kali melihat hujan secara bersamaan membawa ku berkelana pada memory masa lalu.  Hampir setiap cerita kita tersimpan rapat oleh hujan, hujan tau saat kita bahagia hujan juga tau saat kita tidak baik-baik saja.  Apapun tentang kita hujan selalu tau. Kau masih ingat saat pertama kali hujan mempertemukan dua insan yang berbeda? Waktu itu dikala matahari lebih memilih pergi dan merelakan awan hitam menetap dilangit lalu mencurahkan kesedihannya kepada bumi, saat itulah kita dua sosok manusia yang dipertemukan di bawah hujan. Saat itu aku tengah menangis di bawah hujan bersamaan dengan perasaan hancur tak tertahan. Seseorang telah melukainya, dan ternyata hujan merencanakan sesuatu di antara kita. Kau datang dengan payung biru langitmu  berusah

Alvin

Kematian itu memanglah pasti adanya. Bukan hanya sekedar kabar ataupun kata belaka. Entah itu sekarang, besok, atau nanti kita pasti akan mati. Kau tau, sejatinya kematian itu adalah garis finish kehidupan. Dimana itu adalah kemenangan telak untuk hasil dari kehidupan kita. Kita tidak tau kehidupan seperti apa yang akan kita hadapi setelah melewati garis finish ini. Maut tak pernah pandang waktu, umur, jabatan, kesehatan, atau apapun itu.  Yang pasti maut akan menjemput siapa saja yang hidup. Dan tentunya setiap makhluk hidup sudah mempunyai garis waktunya masing-masing. Lantas, bagaimana dengan manusia yang belum sampai pada batas waktu yang di tentukan tapi menginginkan pulang terlebih dahulu?. Ini kisah Alvin,  sosok remaja yang hampir saja mati tenggelam di sungai karena sengaja menceburkan diri ketika air sungai tengah naik.  Entah apa yang menjadi alasan atas tindakannya yang pasti ada sesuatu yang dia alami. Terlepas dari keadaan sekolahnya yang bisa di bilang t

Tak Seharusnya Aku Mengenalmu

 Seharusnya dulu aku tak usah menyapamu,  biarkan saja kau berlalu tanpa ada adegan saling temu dan mengenal satu sama lain.   Biarkan saja cerita kita tak pernah tercipta karena pada akhirnya hanya aku yang mendamba bahwa aku dan kamu akan menjadi kita.  Semesta, waktu itu memang seperti menjanjikan bahwa kita akan saling terikat satu sama lain nyatanya itu hanya pengharapanku yang berlebihan. Semesta, memang tak menjanjikan bahwa kita akan bersama hanya saja itu tampak akan bersama. Saling berbagi kabar,  perhatian, dekat setiap waktu,  berbagi cerita,  bahkan sebelum tidurpun kita bertukar kabar,  saling melempar canda lewat telepon malam.  Huh,,  sungguh malam yang indah.  Pikirku cerita kita akan bertahan lama hingga aku-kamu benar-benar akan menjadi kita,  nyatanya baru seperempat certia kita sudah harus mengakhiri cerita. Tidak seru bukan,  aku yang berpengharapan lebih bahwa aku dan kamu akan menjadi kita hanya bisa menertawakan kebodohan diri sendiri.  Terlalu perc