Kita di pertemukan oleh hujan dan di pisahkan oleh hujan. Aku tak tau jika akan berakhir seperti ini, kisah antara kita berkaitan dengan hujan. Itu sebabnya kenapa aku kadang membenci hujan, karena setiap kali melihat hujan secara bersamaan membawa ku berkelana pada memory masa lalu. Hampir setiap cerita kita tersimpan rapat oleh hujan, hujan tau saat kita bahagia hujan juga tau saat kita tidak baik-baik saja. Apapun tentang kita hujan selalu tau.
Kau masih ingat saat pertama kali hujan mempertemukan dua insan yang berbeda? Waktu itu dikala matahari lebih memilih pergi dan merelakan awan hitam menetap dilangit lalu mencurahkan kesedihannya kepada bumi, saat itulah kita dua sosok manusia yang dipertemukan di bawah hujan.
Saat itu aku tengah menangis di bawah hujan bersamaan dengan perasaan hancur tak tertahan. Seseorang telah melukainya, dan ternyata hujan merencanakan sesuatu di antara kita. Kau datang dengan payung biru langitmu berusaha memberi ruang agar hujan berhenti membasahiku.
"Kenapa?" satu kata yang berhasil membuatku merasa bahwa aku tidak sendiri. Aku melihat wajahmu, diantara butiran-butiran hujan yang membasahi rambut lurusmu.
"Semua akan baik-baik saja, layaknya akan ada pelangi setelah badai"
Pertemuan kita seperti telah direncanakan semesta, seolah semesta tau bahwa setelah satu orang pergi maka akan datang sang pengganti.
Dengan itu aku sempat bahagia, kisah yang penuh canda dan tawa itu tercipta lagi dengan orang yang berbeda yang tentunya datang untuk mengobati luka.
Aku sangat percaya diri bahwa kau akan menjadi sosok terakhir yang mengisi hati, ternyata semesta punya ending yang berbeda dari ekspetasi. Dia memiliki rencana perpisahan setelah adanya pertemuan di bawah hujan.
Semesta dengan apik mempertemukan kita juga memisahkan kita di bawah hujan. Sama seperti saat kita pertama kali bertemu di bawah naungan hujan dengan payung biru langitmu.
"Maafkan aku" hanya kata itu yang terdengar dengan jelas di telingaku, di antara gemuruhnya air hujan. Sejujurnya saat itu aku menangis, hanya saja menjelma menjadi air hujan hingga kamu tak tau aku menangi.
Untuk pertama kalinya aku berterima kasih kepada hujan, karena tidak memperlihatkan sisi terlemahku. Dengan hati yang terluka untuk kedua kalinya aku melepasmu tepat di bawah hujan yang menjadi saksi pertemuan dan perpisahan kita.
Untukmu jika membaca ini, aku ucapakan terima kasih. Atas segala cerita dan lukanya, dengan itu aku tau makna bahwa terluka bukan berarti akhir dari segalanya. Semoga tetap bahagia :)
Comments