WARNING:
"Yang pulangnya melewati jembatan, harap hati-hati ya bacanya. Resiko tanggung sendiri๐๐๐"
Oke kita mulai...
1...2..3.. Happy readding๐ค๐ค๐๐
Dari kejauhan jembatan itu terlihat menyeramkan, ditambah hujan dan petir yang saling menyambar tak kujung berhenti sejak 1 jam yang lalu. apa lagi sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 17.15.
Suasana semakin mencekam saja. Sambil menunggu hujan reda aku menunggu di salah satu warung kopi yang tak jauh posisinya dari jembatan itu, untuk menghilangkan rasa dingin aku memesan wedang jahe di warung kopi tersebut.
Tak banyak orang yang ada di warung kopi hanya ada beberapa orang. Mereka juga sedang menunggu hujan reda.
“Silahkan mas”
“Ah, iya terimakasih pak” mengambil wedang jahe dan tak lupa aku tersenyum.
“sama-sama”.
“oh iya,panggil Pak Dadang aj. Orang-orang sudah biasa panggil saya seperti itu” lanjutnya.
“ohh iya, paak dadang” aku tersenyum kaku. Aku melihat-lihat keadaan sekitar, sehingga timbullah rasa penasaran.
Karena rasa penasaran ku yang tinggi aku menanyakan tentang keadaan disini.
“Iya mas, disini memang seperti ini. Hari-hari biasa saja suka angker apalagi sekarang di tambah hujan menambah kesan angker itu semakin kuat.
Mas lihat batu di bawah jembatan itu” tunjuknya pada batu besar dibawah jembatan itu dan aku langsung melihatnya, “setiap tengah enam selalu aja ada suara perempuaan yang menangis, asalnya ya dari batu besar itu. Kalo orang yang bisa melihat katanya sosok yang menangis itu perempuan sekitar usia 18 tahunan rambutnya panjang kulitnya putih pucat dan darah dibagian kepalanya terlihat, ia selalu menangis sambil memeluk lututnya dan ada nama seseorang yang selalu ia panggil disela-sela tangisnya”
Aku bergidik seram, ”apa bapak betah jualan disini sementara keadaan yang terjadi seseram itu?” “ya mau gimana lagi mas, warung kopi ini sumber penghasilan saya satu-satunya. Kalo masalah hal-hal kayak gitu mah saya sudah kebal” sombong c’bapak punya warung sambil tertawa bercanda..
“hiks,hiks,hiks,Dika,,hiks”
Sejenak tawa Pak Dadang berhenti “ nah, mas coba dengerin” aku merasa heran dan langsung menajamkan pendengaranku
“ hiks,hiks,hiks”
“ tak ada suara apapun pak”
“coba pertajam pendengarannya”
“hiks,hiks,hiks Dika, hiks”
Deg, bulu kuduk ku berdiri. Benar ,aku mendengar suara itu. Tanganku mulai berkeringat dingin, jujur saja aku takut. Ini awal pertama kalinya aku mengalami hal seseram ini.
“Jangan takut mas,nanti juga gak ada dengan sendirinya”
Rupanya Pak dadang pemilik warung kopi menyadari ketakutanku, aku hanya bisa tersenyum kikuk sambil menahan ketakutan.
Aku mengedarkan pandanganku ke arah jembatan itu, meniti setiap sudut jembatan dan tepat penglihatanku pada batu besar itu aku melihat seseorang sedang berada di atasnya. Deg..aku membatu seketika, aku tak bisa mengeluarkan kata-kata sedikitpun seolah-olah mulutku terkunci dan kepalaku sulit untuk berpaling dari batu itu, pandanganku terus terfokus pada perempuan yang berada di atasnya. Kepala berdarah, kulit pucat, dan rambut panjang itu sama persis dengan apa yang diceritakan pak dadang pemilik warung.
“Mas-Mas kenapa?” melambai-lambaikan tangannya didepan wajahku. Aku sadar dengan apa yang dilakukan Pak dadang warung tapi ntah kenapa aku sulit untuk meresponnya. Pak dadang terus saja menggoyangkan bahuku, tapi tetap saja aku tak bisa meresponnya. Hingga tiba saat si perempuan itu merasa di perhatikan olehku dia mulai menengokkaan kepalanya kearahku. Pelan-pelan namun pasti luka parah yang ada di kepalanya plus dengan lumuran darah yang menutupi luka itu mulai terlihat oleh ku dengan jelas. “Akggggghhhhhhhhh,,,” refleks aku berteriak dan tiba-tiba saja penglihatanku mulai kabur.
Dan sejak itu aku gak ingat lagi apa yang terjadi. Sadar-sadar aku sudah ada di rumah pemilik warung kopi, karena letaknya tak jauh dari warung kopi. Aku penasaran kenapa aku bisa ada disini, dan setelah ditanyakan ternyata aku kerasukan, katanya setelah aku berteriak aku pingsan dan secara giba-tiba aku mengamuk mengacak-ngacak semua yang ada di warung kopi. Pak Dadang sempat menahanku tapi lama-kelamaan dia tak sanggup karena tenagaku yang terlalu kuat. Begini to H rasanya kerasukan?๐ seumur-umur ini baru petama kalinya. Tapi seram juga ya๐
aku gak mau mengalaminya lagi... karena waktu yang sudah cukup malam kira-kira pukul 20.30 aku memutuskan untuk menginap karena menurut pak Dadang lebih baik besok saja pulangnya karena takut terjadi lagi hal yang tidak diinginkan...
Sekiann ya๐๐
gimana nge-feel gak ceritanya? Seramnya dapat gak? Apa kurang seram? Tenang ya nanti mah tingkat keserammannya akan aku tingakatkan๐..
Tetap jadi pembaca setia ku ya๐๐๐ yang selalu baca semoga senantiasa bahagia๐ผ๐๐
-Alienijo๐ฝ๐
Comments