Pada Akhirnya Ini Adalah Tempat Saya Pulang
Saya sempat ragu saat bilang kalo “pada akhirnya ini adalah tempat saya pulang” meski kenyataan begitu adanya. Entahlah saya merasa malu, karena beberapa saat lalu saya sempat ada niat untuk melupakan bahkan mengganti apa yang saya sebut sebagai ‘tempat pulang’ ini. Alasannya cukup clise seperti halnya seorang gadis atau pria yang meminta putus pada pasangannya karena rasa bosan. Dan itu terjadi pada diri saya sendiri, alasannya karena bosan dan sudah tak cukup menarik. Saya terlalu mudah melupakan bagaimana dulu saya membangun ‘tempat pulang’ ini dengan penuh semangat dan perhitungan tapi setelah semuanya berhasil saya bangun dengan mudahnya saya bilang bosan dan akan mencari tempat yang lebih nyaman. Huh, secara sadar nggak sadar itu hal yang paling saya benci dari diri saya sendiri. Tak pernah mau menyelesaikan sesuatu sampai tuntas.
Setelah dipikir dan direnungkan secara mendalam akhirnya saya memilih kembali pulang pada apa yang saya sebut ‘tempat pulang’ meski ada rasa malu atas ucapan diri saya sendiri tetap saja ini adalah tempat saya. Tempat sejak awal saya menuliskan seluruh goresan-goresan aksara aburadul saya, goresan aksara ketika saya jatuh cinta dengan si dia, goresan ketika saya benar-benar ngerasa semuanya nggak adil, dan goresan aksara tentang cerita absurd plus nggak jelas saya. Bayangkan mana ada seorang gadis dengan berani duduk di atas batu di bawah jembatan, juga mana ada tukang kopi dengan suka rela tanpa minta ganti rugi setelah warung kopinya diacak-acak pelaku yang ‘katanya’ kesurupan penunggu jembatan heheh. Anehkan? Ya begitulah saya, jari saya selalu gatal jika nggak menuliskan apa yang ada dipikiran saya atau nggak rasanya seperti akan meledak jika dibiarkan menumpuk dalam pikiran, apalagi jika ditambah bayang-banyang dia yang tak pernah hilang
Mampir sini juga guys:
Hah, sudahlah lupakan dia. “Teruntuk kamu yang aku sebut sebagai tempat pulang jangan marah ya. Kemarin saya hanya bosan sebentar” tadinya pengen bilang kayak gitu. Tapi, kalo saya bilang gitu rasanya saya jadi tambah semakin jahat. Sudah meninggalkan begitu saja juga kembali seenaknya, hah begitulah manusia. Kadang saya juga kesal dengan diri saya sendiri, nggak tau maunya apa. Sudah jelas didepan mata ada yang pasti malah nyari yang tak kunjung pasti. Dasar manusia ada yang mudah malah nyari yang susah.
Peluk untuk diri saya sendiri, semoga ini nggak akan menjadi hal yang terulang lagi. Dan semoga saya bisa membuat lebih nyaman apa yang saya sebut sebagai ‘tempat pulang’ ini agar saya nggak mudah untuk berpaling atau meninggalkan.
Comments