Saya pernah menulis "Berkendara itu, satu dari sekian cara untuk melihat keegoisan manusia. Kenapa begitu? Karena manusia tidak pernah mau bersabar". Salah satunya saya.
Hari ini saya berangkat lebih pagi dari biasanya, dengan harapan bisa menikmati suasana pagi lebih lama dan lebih nyaman. Nyatanya jauh dari harapan. Saya lupa kalau hari ini sudah mulai sekolah, tentu saja jalanan akan jauh lebih ramai dari biasanya. Banyak kendaraan yang berlomba-lomba ingin memimpin garis depan agar sampai tujuan lebih cepat.
Saya sendiri lebih lambat dari orang lain. Jika diibaratkan saya berjalan seperti kura-kura yang memangku rumahnya kemana-mana. Saya terlalu asik mendramatisir keadaan sekitar saya, pada ibu yang buang sampah, anak sekolah dengan putih-birunya berlarian di trotoar jalan, seorang ayah yang mengantar putrinya, bapak disudut jalan menikmati rokoknya, juga pak polisi yang sedang menertibkan lalu lintas.
Matahari tepat menyoroti wajah saya, hangatnya membelai pipi dengan nyaman. Tepat 100 meter sebelum perempatan jalan ada sedikit kemacetan, kukira sebabnya karena akan ada yang melintas. Ternyata ketika saya sampai pada sebab utamanya ada sedikit kecelakaan, sebuah motor vixion hitam entah dengan apa. Karena sudah dibantu oleh beberapa orang untuk meminggirkan motornya.
Saya lagi-lagi saya terlalu asik mengamati. Pecahan kaca dijalan, bapak dengan sedikit sakit dikakinya (terlihat dari ringisan wajahnya), raut penasaran orang-orang, ketidak sabaran beberapa pengendara karena ingin segera lewat, juga pecahan kecil dari sayap kiri motor.
Dari sekian pengendara yang tidak sabar ingin segera lewat saya salah satunya, karena saya ingin membeli roti hangat. Alasan yang sedikit konyol bukan?
Karena ketidak sabaran itu, jadinya kaki saya menyangkut pada roda depan motor yang jatuh tadi ketika hendak dipinggirkan. Untung saya bisa menguasai diri saya, menggiring reaksi saya agar tidak panik. Apa salahnya jika saya menunggu sebentar lagi, menunggu hingga motor itu selesai kepinggirkan. Nyatanya ego saya lebih besar daripada harus menunggu.
Ketika berkendara saya selalu penasaran apa yang ada dibalik raut wajah yang diperlihatkan. Seberisik apa dibalik kepala yang disembunyikan dibalik helm keselamatan. Apakah cucian dirumah numpuk, tagihan listrik yang belum dibayar, belum menyiapakan peralatan sekolah, apakah senam minggu ini akan lebih seru, apa jualan saya hari ini akan laris, mau makan apa hari ini, nasi padang enak kali ya, bareng pengkolan masih buka gak ya, gimana kalo roti kukus, dan hal-hal berisik lainnya.
Kepada teman-teman semoga tetap waras disela-sela berisiknya isi kepala. Semoga senantiasa berhati-hati dalam berkendara, utamakan keselamatan. Semoga harimu, hari saya, hari kita semua lebih baik dan lebih dipenuhi rasa syukur. Senantiasa bahagia teman-teman.
Comments