Skip to main content

Posts

Cerita Hari Ini | 01 First Day School

Senin, 13 September 2021 Well,  ini berasa mimpi akhirnya setelah sekian lama bersemedi di rumah, bergulat dengan pelajaran dan tugas-tugas online akhirnya bisa kembali merasakan yang namanya duduk di bangku sekolah. Ya meski nggak langsung semuanya masuk, karena ada sesinya. Dari absen 1-18 sesi pertama, dari 19-35 sesi dua, dan karena absenku 11 jadi aku disesi pertama.  Hadeh, mungkin karena emang udah terbiasa dengan segala rutinitas selama hampir satu tahun setengah di rumah. Selama hampir satu setengah tahun ini nggak perlu siap-siap pagi untuk berangkat sekolah, cukup siapkan hp, alat tulis, nyalain data, isi absen, dan tidur eh. Nggak maksudnya belajar. Pagi ini berbeda, aku harus kembali bergulat dengan keributan pagi, dari nasi belum masak, sabuk lupa nyimpen, kaos kaki belum disiapin sama pikiran tugas sekolah yang belum selesai di tambah lagi bangun kesiangan, jadi pagi serasa menjadi lebih indah.  [Kenapa nggak disiapin dari hari sebelumnya?]...

Proses Hidup

Kamu tau kan, nggak semua hal di dunia ini bisa didapatkan secara instan. Bahkan mie instan yang dikatakan instan aja perlu melewati beberapa prosedur sampe benar-benar bisa dinikmati.  Begitu juga dengan hidup perlu melewati yang namanya proses. Kalo kata mamah " semua perlu proses, hidup nggak sama dengan halnya ketika kita makan sambel yang bakal pedes saat itu juga. Bisa saja kita melewati hidup tanpa proses tapi nggak bakal lama kayak makan sambel pasti pedesnya sementara dengan minum es teh pasti udah hilang"  Untuk itu kepada aku, kamu dan kita yang sedang berjuang semoga senantiasa bersabar menjalani prosesnya. Kita kudu yakin bahwa proses akan memberi kita sesuatu yang bahkan sang hasil nggak bisa berikan.  Karena dari sebuah perjalanan hidup yang terpenting itu bagaimana kita bisa menikmati sebuah proses daripada hasil akhir. 

Perfeksionis

Pernah nggak ngerasa cuman ngeliat barang nggak rapih dikitt aja rasanya tuh dongkol, kesal dan rasanya ingin mengeluarkan pertanyaan "kenapa nggak rapih?"  atau wudhu dalam satu waktu bisa sampe dua atau tiga kali karena ngerasa nggak khusu, takut kalo itu nggak akan sah. Padahal yang tau sah atau nggaknya cuman Allah yang Maha Tahu. Atau nggak pernah nggak ngunci pintu bisa dicek lagi beberapa kali sampe diri benar-benar yakin kalo tuh pintu udah dikunci,  atau pernah nggak kamu nggak mau pejamin mata hanya karena harus nulis dulu atau kudu baca buku dulu karena dipikiran "baca buku, baca buku, nulis-nulis"  dan hal lain sebagainya.  Jujur perasaan kayak gitu ngeganggu banget asli, aku bukan orang tipe perfeksionis dari awal tapi nggak tau kenapa akhi-akhir ini perasaan perfeksionis itu muncul dalam diriku, tanpa bisa terkendalikan. Misal harus cuci tangan kalo udah keluar atau pegang stang motor, harus belajar benar-benar dari akarnya yang justru itu ...

Si Aku yang Terperangkap dalam Permainan Rasa

Rasanya kadang sulit hanya untuk memahami apa yang sebenarnya sedang dirasa. Apa itu rasa takut, cemas, khawatir, kecewa dan bahkan perasaan seorang pecundang yang takut menghadapi kenyataan?  Rasa-rasanya sangat nggak nyaman atau bahkan menakutkan jika terus-terusan terpendam dalam diri yang nggak tau bagaimana caranya menguraikan rasa.  Apa itu beneran rasa takut?  Rasa kecewa?  Rasa cemas?  Kenyataannya semua tentang rasa yang biasa seorang pencundang rasa. Iya, aku pecundang. Aku akui itu. Aku takut untuk memulai yang bahkan belum aku mulai, aku takut akan penolakan, aku takut kalo hal itu nggak sesuai denfab apa yang diharapkan dan aku takut.  Bagaimana sudah mirip seorang pecundang bukan?  Tentang diri yang nggan berdamai dengan rasa sakit. Iya, semua rasa takut yang timbul bukan semata-mata ada tanpa ada yang menjadi pemacu dibelakangnya, sedikit ataupun besar pasti ada yang menjadi sebab-akibatnya. Salah satunya takut akan penolakan. Seharusnya...

Pada Akhirnya Ini Adalah Tempat Saya Pulang

Pada Akhirnya Ini Adalah Tempat Saya Pulang Saya sempat ragu saat bilang kalo “pada akhirnya ini adalah tempat saya pulang” meski kenyataan begitu adanya. Entahlah saya merasa malu, karena beberapa saat lalu saya sempat ada niat untuk melupakan bahkan mengganti apa yang saya sebut sebagai ‘tempat pulang’ ini. Alasannya cukup clise seperti halnya seorang gadis atau pria yang meminta putus pada pasangannya karena rasa bosan. Dan itu terjadi pada diri saya sendiri, alasannya karena bosan dan sudah tak cukup menarik. Saya terlalu mudah melupakan bagaimana dulu saya membangun ‘tempat pulang’ ini dengan penuh semangat dan perhitungan tapi setelah semuanya berhasil saya bangun dengan mudahnya saya bilang bosan dan akan mencari tempat yang lebih nyaman. Huh, secara sadar nggak sadar itu hal yang paling saya benci dari diri saya sendiri. Tak pernah mau menyelesaikan sesuatu sampai tuntas.  Setelah dipikir dan direnungkan secara mendalam akhirnya saya memilih kembali pulang pada ...

Harus ikhlas, Sabar, dan Lapangkan Hati

"Harus ikhlas, sabar dan lapangkan hati" Cengeng banget sih hari ini, hanya karena melijat kerumunan orang yang sedang mengantri untuk membeli Lks (buku tunjangan belajar)  tiba-tiba aja air matanya mau jatuh untung ketahan, kalo enggak malu banget sama orang.   Ngerasa miris aja sama hati, saat melihat orang tua murid ada ayah, ibu yang rela ikut antri untuk membeli buku lks anaknya. Perhatian banget sih,  sementara aku ikut desak-desakan huh, tapi seru juga jadi kerasa perjuangannya. Asli, rasanya pengen teriak kenceng banget tapi malu sama orang, takut lagi enak-enak teriak ada yang nanya "Lagi ngapain Neng?"  kan jadi enggak nikmat teriaknya keburu malu.  Yaudah, jalan terbaik Istigfar aja dalam hati sebanyak-banyaknya, bilang ke Allah kalo aku rindu Mamah. 

Self Healing

  Hal yang paling bisa bikin bahagia itu adalah saat dimana diri sendiri bisa menikmati apa yang sedang di jalani,  seperti saat ini aku tengah duduk di tempat yang menurut aku nyaman sembari menikmati beberapa makanan.  Apalagi kalo ditemani roti kukus pengkolan,  rasanya menjadi semakin damai dan tenang meski beberapa kali orang-orang yang lewat menatap bingung, "Tuh orang lagi ngapain?"  pikirnya.  Dimata orang pasti terlihat aneh karena melihatku yang tengah tersenyum riang sambil memakan makanan yang sempat aku beli tadi, bukan karena aku mulai tidak waras hanya karena memikirkan permasalahan hidup yang tidak kunjung menemukan ujung. Tapi, aku hanya sedang menikmati. Bisa dibilang ini salah satu cara terbaik untuk menghilangkan beban pikiran, kalo kata orang "Self Healing"  iya ceritanya gitu.  Sebelum aku berakhir di tempat ini,  aku tadi sempat menyelesaikan sesuatu yang harusnya diselesaikan. Berdiskusi mengenai proker-pro...

Terlalu Fokus Pada Apa yang Telah Hilang

Malam ini hujan turun tak terkira, membasahi bumi yang sempat kering tadi siang. Kali ini aku tak akan mengeluh perihal hujan hanya karena berhasil mengingatkan aku tentang dirimu, dia, ataupun mereka aku sudah tak perduli. Bagaimana pun itu tentang lukanya ataupun bahagia, aku akan tetap suka.  Hujan nya membuat irama di atas rumah seiring dengan berjalannya waktu menambah kesyahduanku tat kala aku tengah dirundung rindu masa lalu. Hehe, iya masa lalunya terlalu indah hingga sulit untuk dilepas.  Kalo kata Len " Kita terlalu fokus pada apa yang hilang"  Iya, sampai-sampai tak menyadari ada hal lain yang lebih istimewa di depan mata. Aku terlalu memikirkan bagaimana caranya mengembalikan mereka yang telah pergi, terlalu fokus dengan apa yang telah hilang hingga tak menyadari bahwa di depan mata ada yang lebih istimewa, kenapa tak mencoba memperbaiki keadaan yang ada hingga menjadi hal yang istimewa?  Agghh,  kalo sudah seperti ini baru menyadari bahw...

Nggak Tau Lagi Sedih Aja

Sesuai judul 'Nggak tau lagi sedih aja'  sebenarnya sih nggak tau sedih kenapa dan gegara apa. Bingung juga buat ngedeskripsiinya,  pasti diantara kamu, kamu dan kamu semua juga pernah ngerasaain yang namanya 'nggak bisa mengenal emosi sendiri'  jadi kayak flat, sedih,  marah, Kesal, greget, dan perasaan-perasaan negatif lainnya bercampur jadi satu (udah kayak es campur aja hehe, es campur masih mending enak lah ini malah gedek)  Biasanya kalo ngerasain emosi kayak gini tuh udah mau dekat-dekat sama datang bulan, tapi nggak papa aku berusaha buat mengenal emosi aku sendiri. Dan dengan sendiri nya aku mengaku kenapa aku ngerasa gitu ternyata aku marah sama diri aku sendiri. Aku marah kenapa aku nggak bisa ngendaliin diri aku sendiri padahal aku punya kendali penuh atas diri aku sendiri.  Kadang di satu waktu aku selalu betanya-tanya dalam kalbu. Kenapa aku jadi kayak gini? Mana nih aku yang dulu selalu semangat menjalani hari, mana nih aku yang d...

Serumit itu ya dewasa?

Ku kira dewasan ini sederhana.  Bisa pergi kemana-mana tanpa perlu di cemaskan lagi,  bisa berjalan sendirian tanpa ada yang atur lagi,   bisa memilih baju yang di inginkan tanpa ada komentar lagi,  bisa hidup mandiri, bisa ini bisa itu.  Ternyata dewasa itu merepotkan. Dan hal yang bikin repot itu bukan hal-hal yang disebutkan di atas nggak kesampaian tapi karena pikiran yang setiap waktu berisik.  Justru yang tadinya aku kira akan menyenangkan, malah merepotkan bahkan mungkin menyakitkan. Serumit itu ya dewasa, cerita soal hidup enggak bisa lagi di ajak bercanda justru malah semakin tak terduga. 

Suka Katakan Saja

"Kau mengetahuinya bukan!“ " Tau apa?" bertanya seolah tidak mengetahui apapun. Dan memang benar dia tidak mengetahui apa yang di maksud perempuan di hadapannya ini "Tau apa?" sekali lagi Dia menegaskan "Kau tak perlu berpura-pura tidak tahu" ucapnya tidak terima jika manusia yang ada di hadapannya ini bersikap seolah tak tau apa-apa. Padahal Dia tau sendiri bahwa Arian mendengar percakapan dengan Doni di belakang tadi. "Apa yang harus aku tahu, Aku benar-benar tak mengetahui apa-apa" "Alah sudah lah lupakan " Nira mulai jengah dengan Arian, tidak mungkin jika Arian tak mengetahui apa yang ia maksud. Jelas-jelas Nira melihat Arian berada di balik tembok ketika Nira bersama Doni membicarakan sesuatu di belakang sekolah. Daripada amarahnya semakin memuncak karena melihat wajah bodoh Arian di hadapannya Nira memutuskan untuk pergi dari hadapan Arian. "Tunggu Nira, jelaskan dulu padaku apa yang kau tanyakan itu....

Bahagia Itu Sementara

Menurutmu apa definisi bahagia itu? “bahagia saat bisa berkumpul orang tersayang" "bahagia saat bisa bertemu lagi kawan lama" "bahagia saat bisa bersama dengan orang berarti" "  bahagia saat bisa makan-makanan favorit " " bahagia ketika bisa nonton konser bias secara live" "bahagia dapet THR" (meski sebenarnya nggak dapet karena mereka bilang "kamu udah gede" ) Dan definisi-definisi bahagia lainnya.  Setuju gak kalo aku bilang setiap orang itu punya definisi bahagia versi dirinya masing-masing? termasuk aku sendiri punya definisi bahagia tersendiri. Bahagia bisa ngeliat mamah depan mata. Bahagia karena bisa kumpul teman lama. Bahagia saat bisa nyentuh buku-buku best seller. Bahagia bisa makan apa yang aku suka. Bahagia saat dapet uang sekarung ( haha keinginan semua orang itu mah,  iya gak?) Dan kebahagian-kebahagiaan lainnya. Dan kamu pasti udah tau kalo kebahagiaan itu berdampingan dengan kesed...

Terima Kasih Untuk Bahagia Hari Ini

Terima Kasih Untuk Bahagia Hari Ini Sesederhana itu aku bahagia,  melihat orang yang paling berharga tertawa bahagia di depan mata.  Mungkin memang hanya lelucon kecil yang tak bermakna yang menjadi alasannya tertawa. Tapi aku cukup puas dengan pemandangan itu. Sebahagia itu aku sekarang setelah sekian purnama aku kehilangan. Kehilangan senyuman dan tawamu yang menawan hingga menciptakan kesepian. Kesepian yang perlahan mendekap erat jiwaku hingga aku sekarat. Sebahagia itu aku sekarang setelah sekian purnama aku di rendung diam. Kedatangamu yang sementara mampu membuatku menitikan air mata bahagia. Meski tau bahwa tetap akan berakhir dengan kecewa. Singgahmu mungkin hanya sebentar, hanya sekedar singgah dari rasa lelahmu yang terlalu lama membelenggu jiwa. Tapi Sebahagia itu aku sekarang. Terima kasih,  karena kedatangan mu adalah kebahagian untukku hari ini.  

Kita Hanya Teman

Ya,  apa yang bisa di katakan jika ada orang yang bertanya "bagaimana hubungan kalian"  apa yang bagaimana? Kita hanya teman bukan apa-apa apalagi orang spesial, kita bukan semacam hubungan itu.  Kita hanya dua insan yang kebetulan saling mengenal di suatu kesempatan. Bukan apa-apa. Kita hanya teman. 

Kamu Hanya Belum Pernah Kehilangan

Kamu hanya belum pernah kehilangan Justru,  kamu yang nggak tau bahwa aku sering kehilangan. Jangan hanya karena kamu belum pernah melihat aku terluka karena kehilangan kamu beranggapan bahwa aku nggak pernah kehilangan.  Bahkan sebelum kamu bilang seperti itu,  aku sudah terlebih dahulu kehilangan orang paling berharga dalam hidup, orang yang punya pengaruh  besar dalam hidup. Bukan hanya sekedar kehilangan seseorang, tapi aku kehilangan banyak hal.  Aku kehilangan momen-momen di mana aku seharusnya bisa menikmati itu semua. Berada di dekat orang-orang tersayang, mendapat kasih sayang dan hal lainnya.  Jangan kira,  karena kamu baru merasakan kehilangan kamu sudah merasa menjadi orang paling menyakitkan. 

Pelan Aja Yang Penting Berjalan

Yaps,  emang sih rasa semangat itu enggak selamanya konstan dalam diri kita. Ada kalanya rasa semangat itu menurun bahkan seturun-turunnya, kadang juga naik bahkan sangking semangatnya lupa sama apa-apa.  Pengen jalan aja terus,  gak mau berhenti meski buat rehat sejenak. Tapi sekalinya rasa semangat itu turun,  udah fiks bakal nggak mau ngelakuin apa-apa,  bahkan cuman melangkah satu langkah aja nggak bersemangat.  Kadang juga kalo udah turun rasa  semangat buat gapai mimpi dan rencana-rencana yang udah di tata.  Itu pikiran negatif selalu senantiasa berkunjung ke otak (kalian gitu gak,  kalo aku sendiri gitu)  jadinya negatif sama diri sendiri,  sama masa depan,  sama hal-hal yang bahkan belum pasti terjadi. Parahkan?  Gak ada guna stres iya :( Udah gak atu lagi sama diri sendiri mau nya gimana.  Kadang juga ngerasa kalo aku bakal jadi orang gagal. Tapi diri dalam diri aku sendiri menyangkal itu, " aku pasti bakal b...

Dia Bukan Siapa-Siapa Apa Peduli Mu

Sudah lupakan, dia bukan siapa-siapa. Dia hanya orang asing yang kebetulan singgah saja, kapan saja dia bisa pergi meninggalkan. Jangan terlalu mengambil hati hanya karena dia menganggapmu berarti dan sedikit perhatian. Dunianya bukan cuman tentang kamu.  Jadi, berhenti memikirkan.  Kalaupun dia  benar-benar pergi, it's okay. Itu bukan masalah besar, dia gak punya pengaruh apa-apa dalam hidupmu. Dia pergi bukan berarti hidupmu akan berakhir bukan? 

Mau Tidak Mau Harus Merelakan

P ada akhirnya cepat atau lambat orang-orang yang ada di sekitarmu akan pergi,  entah pergi dengan pamit atau berlalu begitu saja.  Juga tak menutup kemungkinan kamu, dia,  dan orang-orang terdekatmu akan pergi menyisakan dirimu seorang diri. Siap nggak siap kamu harus berakhir sendirian, orang-orang yang saat ini kamu percaya akan selalu berada di sampingmu cepat atau lambat akan meninggalkanmu. Dan jika saat itu tiba kamu harus sudah siap melepaskan dan mengikhlaskan. Meski sakit, tapi tetap harus kamu lakukan. Orang-orang nggak akan berada di samping kamu selamanya,  mereka punya tujuan dan lingkaran hidup sendiri. Kamu nggak bisa selamanya mengekang bahkan menuntut mereka untuk senantiasa berada di sampingmu. Sekalipun itu orang terdekatmu. Lepaskan.... Ikhlaskan.... Lupakan....., dan berakhir Sendirian..... Payah jika kamu nggak bisa hidup sendirian, payah jika kamu tetap nggak bisa mengikhlaskan, hahaha rasanya aku ingin tertawa, menertawaka...

Kenapa Harus Aku?

Aku Hanya Lelah

Bisakah ku memulai hari esok dengan sosok baru dalam jiwa? Memperbaiki semua hal yang menjadi kesalahan fatal di awal.  Aku tak menyerah bukan pula kalah Aku hanya lelah dan ingin istirahat barang sejenak,  mengusir rasa penat.  Kata orang aku tersesat,  dalam labirin kehidupan yang tiada ujung. Dan sangat tidak mungkin aku menemukan titik terang untuk keluar Aku tengah terjebak sedalam-dalamnya, yang bahkan tak mampu seorangpun mengulurkan tangannya. Aku sendirian,  dibawah tekanan hidup yang semakin kejam. Tak ada orang yang tau bahwa aku tengah tenggelam dalam lautan kehidupan yang tak berdasar.  Yang orang tau, aku tengah berpesta tanpa melihat fakta bahwa aku berlinang air mata.  Setiap malam,  setiap malam aku tengah termenung dibalik pintu kamar yang gelap,  dengan memeluk lutut erat.  Aku berharap bahwa semua rasa hampa dan ingin menyerah itu hanya berlaku sementara.  Tuhan...  Bisakah ini berakhir?  Bi...