Aku tak suka tinggal di sini. Malaikat yang kau kirim untuk menjagaku kini berubah menjadi iblis. Ia membuangku, membiarkan aku sendirian melawan kerasnya arus kehidupan.
Aku sudah tak tahan dengan keadaan yang terus menekan, seakan-akan hendak membunuhku secara perlahan. Aku takut, benar-benar takut. Tak ada seorang pun yang mau menemaniku. Di sini, di dunia yang keras ini aku sendirian. Aku tak memiliki teman, meskipun itu hanya satu. Mereka enggan berteman denganku. Heh, jangankan berteman mengulurkan tangannya saja mereka enggan, mereka bilang aku menjijikan.
Sangat menyedihkan, bukan?, Apa aku merasa sakit? Tentu, aku sakit benar-benar sakit. Apa aku marah pada Tuhan yang telah memberiku takdir kehidupan yang seperti ini? Tidak, tentu saja aku tidak marah. Jikalau pun aku marah itu tak akan ada gunanya dan tak akan bisa merubah keadaan. Tuhan memberiku takdir seperti ini bukan tanpa alasan. Melainkan ia tau bahwa aku kuat. Ya, aku kuat, hahah… Aku kuat, hahah…
Tapi, itu dulu. Sekarang aku benar-benar menyerah. Jikalau ada orang yang menawar ku dua pilihan antara melanjutkan dan mati, aku akan pilih mati! Karena, aku merasa itu pilihan yang terbaik.
Mati! Ya mati hahahaha… aku pernah mencobanya dengan cara melompat dari atas salah satu gedung yang tak terpakai. Tapi sayang aku gagal, ada seseorang yang menolongku, menggagalkan semua rencanaku. Ahh,, padahal biarkan saja aku melompat, agar tubuhku hancur dan mati.
“AAARRGGHHHHHH!”
Ingin rasana aku berteriak sekeras mungkin,dan menceritakannya pada semesta bahwa aku terluka. Tuhan, tolong hentikan semua rasa sakit ini, setidaknya bantu aku mengurangi rasa sakitnya.
Aku juga pernah melakukan hal bodoh, melukai diri sendiri dengan tujuan agar bisa lebih tenang. Karena, bagiku luka fisik lebih baik daripada luka hati. Itu lumayan berlangsung lama. Sampai aku bertemu seseorang yang mau mengulurkan tangannya untuk menolongku keluar dari kehidupan yang menyedihkan ini. Membantuku untuk bangkit dan membuka lembaran kehidupan baru.
Aku masih ingat saat pertama kali ia mengulurkan tangannya. Dan ia berkata, “…terkadang, hidup akan membuatmu terpuruk. Namun, cepat atau lambat, kau akan sadar bahwa kau tidak hanya akan mampu bertahan, tetapi kau juga seorang pejuang. Dan lebih kuat dari yang kau bayangkan!”
“Kemarilah, aku akan membantu dirimu untuk melewati badai kehidupan. Lalu, kita akan menyaksikan pelangi kebahagiaan bersama,” ucapnya lagi, tersenyum.
Hingga saat ini seseorang itu ada disampingku, menemaniku menikmati keindahan kota di malam hari dari atas gedung rumah sakit. Dengan senyuman yang tak pernah lepas dari sudut bibirnya.
Terimakasih Tuhan, sudah menggirimkan seseorang untuk membantuku, membuat hidupku kembali terasa hidup. Jika dulu, aku memilih untuk menyerah mungkin sekarang aku tak ada disini bersamanya….
Comments