Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2024

Hey it's okay

|Terima kasih sudah berkunjung. Ini merupakan bagian dari projek pembiasaan menulis di bulan Februari. 29 hari penuh cerita| Hai. It's okay buat ngerasa enggak baik-baik aja, it's oke buat ngaku cape ke diri sendiri, it's okay buat ngerasa sedih, marah, kecewa dan perasaan lainnya. It's okay. Jangan jadikan perasaan itu hal yang enggak baik. Tapi, nikmati perasaan itu, rasakan sampai kamu benar-benar paham perasaan enggak baik itu. Rasakan sampai kamu benar-benar muak dengan perasan gak baik itu. Okay? Justru, itu akan lebih baik dibandingkan kamu menyangkal semua yang kamu rasakan. Memvalidasi atau mengakui perasaan yang hadir itu akan terasa lebih baik. Jadi, jangan disangkal ya. Kamu dipersilakan menangis kalo emang mau nangis, kamu dipersilakan marah kalo emang lagi marah, kamu juga berhak kecewa kalo emang ada yang mengecewakan, kamu berhak memvalidasi apapun perasaan kamu selama itu ada dalam batasan. Merasa khawatir dengan apa yang akan terjadi ke d

Aku berhasil (gagal) egois

|Terima kasih sudah berkunjung. Ini merupakan bagian dari projek pembiasaan menulis di bulan Februari. 29 hari penuh cerita| Hai. Hari ini aku banyak mengumpat, rasanya ingin mencekik cacing tapi enggak bisa soalnya takut cacing:(. Sial! Aku enggak mau kejebak lebih dalam lagi. Ketika perasaan marah, kesal bahkan muak sekalipun aku selalu berpikir untuk menelaah lebih dalam lagi mengenai bagaimana perasaanku yang sebenarnya. Apakah tindakanku terlalu impulsif?, Apakah karena kemarahanku yang sesaat?, Apakah aku yang menangani masalah ini dengan pikiran yang nggak berterima?, Apakah aku terlalu cepat mengambil kesimpulan tanpa memberi kesempatan pada diri untuk melihat sudut pandang lain?, Apakah adil jika ujung-ujungnya aku hanya mendapat kesimpulan bahwa aku menyalahkan diriku sendiri?. Hah, rumit banget. Bagiku yang sudah enggak bisa lagi untuk mengikuti ekspektasi orang-orang, aku merasa berhasil egois untuk diriku sendiri. Aku benar-benar mengatakan "enggak" u

Setoples Luka Retak

|Terima kasih sudah berkunjung. Ini merupakan bagian dari projek pembiasaan menulis di bulan Februari. 29 hari penuh cerita| Aku masih bisa berpura-pura semuanya baik-baik saja. Keramahan yang kutampilkan hanya tameng untuk menutupi luka-luka. Semuanya sudah terlanjur terbuka kembali. Tentang toples kekecewaan dan rasa sakit yang kututup rapat-rapat terpaksa dibuka hingga berhamburan tak karuan. Kupungut satu-satu butiran luka-luka itu. Ku cari sampai kesudut-sudut terpencil rumah, di sela-sela sofa, di bawah lemari, di bawah kursi, sekalipun di bawah vas bunga. Butiran luka-luka itu tak ingin kubiarkan berhamburan begitu saja. Sedikit-sedikit akan kumasukan kembali pada toples yang sebelumnya dipaksa terbuka. Toplesnya retak. Ujung sudut toples itu retak. Bahkan retakan itu memanjang hingga tengah-tengah, sekali lihat saja toples itu bisa dikatakan akan hancur hanya karena senggolan ringan. Toples itu sudah tak sekuat sedia kala. Aku tak punya toples lain selain itu y

File yang hilang dan kebencian yang kurawat

|Terima kasih sudah berkunjung. Ini merupakan bagian dari projek pembiasaan menulis di bulan Februari. 29 hari penuh cerita| Aku tahu perasaan Depi ketika file-file catatanya hilang. Rasanya seperti separuh isi jiwa juga ikut menghilang. Karena sebagian jiwa telah diisikan pada catatan-catatan yang dituliskan. Membuatnya hidup, menitipkan rasa pada setiap katanya dan momen indah pada setiap kalimatnya.  Hal itu juga terjadi padaku hari ini. Pagi ketika kubuka catatan file-fileku menghilang, tak ada satupun yang tersisa kecuali sebait ingatan. Telah kutuliskan banyak kisah dicatatan itu, tentang keresahan jiwa akan pilihan, kekecewaan yang kutuangkan, kesepian yang berhasil kubekukan, kemarahan yang membara bak api melahap ilalang-ilalang kering, kebingungan yang membelenggu, kebahagiaan yang melenakan, juga kebencian yang kurawat. Aku kehilangan semuanya, catatannya. Hanya file-file catatan saja yang menghilang tetapi rasa-rasa yang kutuangkan tetap ada tertinggal. Terutama

Kamu, Perpustakaan dan Pertemuan Kita

Perpustakaan juga buku-buku yang tersusun rapi di setiap raknya menjadi saksi  pertemuan kita. Setiap kata dari bait kalimat-kalimat yang ku baca selalu terngiang namamu dibenakku. Tentang bagaimana kamu memilih buku, tetang bagaimana tangan-tangan lembut itu menyentuh buku, bibir tipis itu membaca judul dari setiap buku yang terlihat. Aku mengagumimu. Setiap langkah lembutmu selalu menjadi alasanku terjaga menajamkan pendengaranku, takut-takut kamu melangkah keluar.  Di sudut ruangan tepat samping jendela, aku hanya bisa terdiam dengan degup jantung yang tak karuan. Kamu tepat berada di belakangku, memilah-milah buku yang akan kamu baca.  Jika aku memiliki keberanian lebih, akan aku rekomendasikan buku yang bagus untuk di baca. Aku akan mengajakmu menelusuri rak-rak dimana buku-buku luar biasa itu terpajang.  ..... Hari ini untuk kesekian kalinya kita bertemu, di sini, di perpustakaan. Kita hanya terpisah satu rak buku, kamu tepat berada dalam pandanganku. Aku hanya bisa menunduk, mem

Aku tidak jadi melarikan diri

|Terima kasih sudah berkunjung. Ini merupakan bagian dari projek pembiasaan menulis di bulan Februari. 29 hari penuh cerita| "Aku tidak jadi melarikan diri" kataku pada seseorang di sebelahku. Dia memandang jauh pada hamparan sawah luas di hadapannya. Angin menari-nari bersama surai rambutnya, "Kenapa?" Dia bersuara. "Setelah kuselami lebih dalam, alih-alih melarikan diri lebih baik aku menyambutnya sekalipun aku harus mati karena rasa sakitnya" Kau tersenyum kagum "Wow! Cukup berani ya? Haha tapi itu lebih baik daripada melarikan diri" Kemudian dia mendekat, merangkulkan tangannya pada pundakku lalu mengusap lembut bahuku. Itu memberiku sedikit rasa tenang, sejenak aku lupa pada kenyataan yang akan aku terima setelah ini yaitu, memeluk luka-luka yang awalnya ingin ku tinggalkan. "Kapanpun kamu butuh aku, aku ada di sini. Kamu boleh pinjam pundakku untuk menangis. Saat luka itu dirasa terlalu sakit untuk kamu lawan maka sini

Aku hanya marah hingga ingin melarikan diri

|Terima kasih sudah berkunjung. Ini merupakan bagian dari projek pembiasaan menulis di bulan Februari. 29 hari penuh cerita| Aku marah, kemarahanku berhasil membakar rasa takut yang bersemayam dalam diri. Karena kuatnya rasa marah ku, ketakutan yang ada memilih melarikan diri lari tunggang langgang membawa kekhawatirannya. aku marah  karena ketidak mampuanku mengeluarkan amarah hingga terasa sesak layaknya pohon yang dicabut paksa dari akarnya. Kemarahanku selalu tak berujung karena aku lebih sering memilih untuk memendamnya daripada menuntaskannya.  Bentuk kemarahanku adalah diam, diam-diam meninggalkan dan melakukan pelarian. Aku tak ingin terkejar, maka dari itu  pelarian kemarahan kali ini ku pastikan lebih jauh dan tak tercapai. Aku marah (lagi) dengan kenyataan yang kembali tak berpihak padaku, mereka lebih memilih orang-orang yang terpilih. Tidak bisakah kali ini aku juga jadi orang terpilih itu?.   kemaraham membawaku pada kenangan buruk di masa lalu hingga melibatk

Baiknya aku pulang kemana

|Terima kasih sudah berkunjung. Ini merupakan bagian dari projek pembiasaan menulis di bulan Februari. 29 hari penuh cerita| Akhir-akhir ini entah kenapa kata pulang sering terlintas dalam pikiranku sekalipun aku berada di rumah. Aku merasa rumah yang sat ini kudiami bukan sebenar-benarnya rumah. ada hal yang membuat aku ingin pergi. Aku tak punya apa-apa untuk kuklaim sebagai milik diri selain Ibu.  di rumah itu aku hanya punya ibu, ibu yang tak bisa kutinggalkan begitu saja. Jika aku memilih pergi dari rumah itu untuk pulang maka aku harus membawa ibuku tanpa terkecuali, Ibu harus ikut aku pulang. Andai bisa semudah itu aku membawa ibu pergi. Nyatanya ada benang takdir yang mengikat sehingga aku tidak bisa membawa Ibu pulang. Aku akan berterus terang. Pada saat pertama kali aku memutuskan untuk menjadikan rumah itu sebagai tempat pulang aku sedikit ragu, tiap malam pertanyaan, "Apakah rumah ini benar-benar bisa dijadikan tempat aku pulang?" "Apakah disini a

Kajian Sabtu

|Terima kasih sudah berkunjung. Ini merupakan bagian dari projek pembiasaan menulis di bulan Februari. 29 hari penuh cerita| Hai.  Hari ini masih sama nggak kemana-mana, hanya ikut pengajian rutinan sabtu bareng Mamah. Ini kali pertama aku ikut sebelum-sebelumnya aku.... hehehe. Sejujurnya aku sudah lama enggak ikut kajian seperti ini, mungkin selain malas karena bisikan setan juga waktunya selalu enggak tepat. Soalnya aku sibuk ngejar dunia:). Mekipun belum kekejar juga sih, sampe sekarang sekalipun aku sudah berdarah-darah penuh luka, bermandikan air mata dan ditertawakan semesta. Acara kajian dilaksanakan di lingkungan pesantren, kebetulan di sebelah selatan rumah hanya tersekat sawah luas. Aku dengan penuh niat baik hari ini melangkah dengan bismillah (cielah wkwkwk gayanya). Pertama kali masuk ada baner kecil di tiang lampu pinggir jalan "Kawasan Wajib Menutup Aurat". Aku termenung melihat diriku sendiri dan bertanya sudahkan aku menutup aurat dengan baik? Un