Perpustakaan juga buku-buku yang tersusun rapi di setiap raknya menjadi saksi pertemuan kita. Setiap kata dari bait kalimat-kalimat yang ku baca selalu terngiang namamu dibenakku. Tentang bagaimana kamu memilih buku, tetang bagaimana tangan-tangan lembut itu menyentuh buku, bibir tipis itu membaca judul dari setiap buku yang terlihat. Aku mengagumimu.
Setiap langkah lembutmu selalu menjadi alasanku terjaga menajamkan pendengaranku, takut-takut kamu melangkah keluar.
Di sudut ruangan tepat samping jendela, aku hanya bisa terdiam dengan degup jantung yang tak karuan. Kamu tepat berada di belakangku, memilah-milah buku yang akan kamu baca.
Jika aku memiliki keberanian lebih, akan aku rekomendasikan buku yang bagus untuk di baca. Aku akan mengajakmu menelusuri rak-rak dimana buku-buku luar biasa itu terpajang.
.....
Hari ini untuk kesekian kalinya kita bertemu, di sini, di perpustakaan. Kita hanya terpisah satu rak buku, kamu tepat berada dalam pandanganku. Aku hanya bisa menunduk, memainkan jari sebagai respon menenangkan degup jantung yang semakin menggila. Sambil sesekali mencuri pandang, apakah kamu masih ada di sana atau malah sudah pergi.
Aku tengah duduk, dengan buku yang terbuka. Pandanganku menerawang jauh keluar jendela, melihat angin yang membelai lembut ujung daun-daun dengan hati-hati. Kegiatan memandang keluar jendela itu harus terhenti tat kala seseorang duduk didepanku.
Kamu duduk di depanku. Tepat di depanku. Juga jangan lupakan senyuman singkatmu yang mampu mengehentikan waktu di sekitarku, aku tak percaya. Semudah itu kamu menghentikan waktu, hanya dengan senyum menawan itu.
Aku menunduk, mengalihkan pandanganku pada buku yang sedang kubaca. Sebisa mungkin aku melanjutkan bacaanku yang tertunda.
Kamu setenang itu, dengan buku di hadapanmu. Matamu bergerak lucu, menelisik pelan pada setiap kata yang membangun kalimat di halaman itu. Aku hanya bisa berharap dalam diam, berharap kalau aku bisa menjadi bagian kata-kata yang membangun kalimat dalam halaman itu, agar aku bisa memandangmu bebas.
Comments