|Terima kasih sudah berkunjung. Ini merupakan bagian dari projek pembiasaan menulis di bulan Februari. 29 hari penuh cerita|
Aku marah, kemarahanku berhasil membakar rasa takut yang bersemayam dalam diri. Karena kuatnya rasa marah ku, ketakutan yang ada memilih melarikan diri lari tunggang langgang membawa kekhawatirannya.
aku marah karena ketidak mampuanku mengeluarkan amarah hingga terasa sesak layaknya pohon yang dicabut paksa dari akarnya. Kemarahanku selalu tak berujung karena aku lebih sering memilih untuk memendamnya daripada menuntaskannya.
Bentuk kemarahanku adalah diam, diam-diam meninggalkan dan melakukan pelarian. Aku tak ingin terkejar, maka dari itu pelarian kemarahan kali ini ku pastikan lebih jauh dan tak tercapai.
Aku marah (lagi) dengan kenyataan yang kembali tak berpihak padaku, mereka lebih memilih orang-orang yang terpilih. Tidak bisakah kali ini aku juga jadi orang terpilih itu?.
kemaraham membawaku pada kenangan buruk di masa lalu hingga melibatkan kembali orang-orang yang ada disekitarku. Sebagai bentuk kemarahan itu aku mengabaikan mereka (lagi). Jika sedang marah tiba-tiba luka-luka yang berhasil kukubur sedalam mungkin bahkan sudah kubuang sejauh mungkin melemparnya pada sungai yang sedang mengalir deras hingga terbawa menuju laut, aku tetap terluka (lagi).
Sakitnya kembali membunuh hingga terasa ingin mati dan berhenti. Seperti menghirup briket arang hingga terasa sekarat. Aku hanya bisa melihat langit yang tampak kelabu pagi ini dengan dalam, bisakah aku membuang kemarahanku? dan angin hanya menjawab sambil berlalu hingga tak sempat kutitipkan kemarahan ini.
Aku tidak tahu harus apa, aku hanya marah hingga ingin melarikan diri.
Comments