|Terima kasih sudah berkunjung. Ini merupakan bagian dari projek pembiasaan menulis di bulan Februari. 29 hari penuh cerita|
Aku tahu perasaan Depi ketika file-file catatanya hilang. Rasanya seperti separuh isi jiwa juga ikut menghilang. Karena sebagian jiwa telah diisikan pada catatan-catatan yang dituliskan. Membuatnya hidup, menitipkan rasa pada setiap katanya dan momen indah pada setiap kalimatnya.
Hal itu juga terjadi padaku hari ini. Pagi ketika kubuka catatan file-fileku menghilang, tak ada satupun yang tersisa kecuali sebait ingatan. Telah kutuliskan banyak kisah dicatatan itu, tentang keresahan jiwa akan pilihan, kekecewaan yang kutuangkan, kesepian yang berhasil kubekukan, kemarahan yang membara bak api melahap ilalang-ilalang kering, kebingungan yang membelenggu, kebahagiaan yang melenakan, juga kebencian yang kurawat.
Aku kehilangan semuanya, catatannya. Hanya file-file catatan saja yang menghilang tetapi rasa-rasa yang kutuangkan tetap ada tertinggal. Terutama rasa benci.
Tanpa sadar telah kupupuk rasa benci itu hingga tumbuh subur memenuhi sudut-sudut hati. Merambat bagai tanaman kacangpanjang menumbuhi turusnya, mengikat erat. Juga telah kurawat rasa benci itu bagai anak ayam warna-warni adikku yang dibelikan nenek dari pasar. Dengan penuh rasa sayang hingga tak ingin menyembelihnya. Begitu juga dengan rasa benciku, kurawat, hingga antara kebencian dan aku tiada sekat.
Lalu mau ku apakan rasa-rasa yang tertinggal itu? Jika file-file catatan tempatku mengabadikan perasaan hilang tak karuan?
Comments