Skip to main content

Posts

Serumit itu ya dewasa?

Ku kira dewasan ini sederhana.  Bisa pergi kemana-mana tanpa perlu di cemaskan lagi,  bisa berjalan sendirian tanpa ada yang atur lagi,   bisa memilih baju yang di inginkan tanpa ada komentar lagi,  bisa hidup mandiri, bisa ini bisa itu.  Ternyata dewasa itu merepotkan. Dan hal yang bikin repot itu bukan hal-hal yang disebutkan di atas nggak kesampaian tapi karena pikiran yang setiap waktu berisik.  Justru yang tadinya aku kira akan menyenangkan, malah merepotkan bahkan mungkin menyakitkan. Serumit itu ya dewasa, cerita soal hidup enggak bisa lagi di ajak bercanda justru malah semakin tak terduga. 

Suka Katakan Saja

"Kau mengetahuinya bukan!“ " Tau apa?" bertanya seolah tidak mengetahui apapun. Dan memang benar dia tidak mengetahui apa yang di maksud perempuan di hadapannya ini "Tau apa?" sekali lagi Dia menegaskan "Kau tak perlu berpura-pura tidak tahu" ucapnya tidak terima jika manusia yang ada di hadapannya ini bersikap seolah tak tau apa-apa. Padahal Dia tau sendiri bahwa Arian mendengar percakapan dengan Doni di belakang tadi. "Apa yang harus aku tahu, Aku benar-benar tak mengetahui apa-apa" "Alah sudah lah lupakan " Nira mulai jengah dengan Arian, tidak mungkin jika Arian tak mengetahui apa yang ia maksud. Jelas-jelas Nira melihat Arian berada di balik tembok ketika Nira bersama Doni membicarakan sesuatu di belakang sekolah. Daripada amarahnya semakin memuncak karena melihat wajah bodoh Arian di hadapannya Nira memutuskan untuk pergi dari hadapan Arian. "Tunggu Nira, jelaskan dulu padaku apa yang kau tanyakan itu.

Bahagia Itu Sementara

Menurutmu apa definisi bahagia itu? “bahagia saat bisa berkumpul orang tersayang" "bahagia saat bisa bertemu lagi kawan lama" "bahagia saat bisa bersama dengan orang berarti" "  bahagia saat bisa makan-makanan favorit " " bahagia ketika bisa nonton konser bias secara live" "bahagia dapet THR" (meski sebenarnya nggak dapet karena mereka bilang "kamu udah gede" ) Dan definisi-definisi bahagia lainnya.  Setuju gak kalo aku bilang setiap orang itu punya definisi bahagia versi dirinya masing-masing? termasuk aku sendiri punya definisi bahagia tersendiri. Bahagia bisa ngeliat mamah depan mata. Bahagia karena bisa kumpul teman lama. Bahagia saat bisa nyentuh buku-buku best seller. Bahagia bisa makan apa yang aku suka. Bahagia saat dapet uang sekarung ( haha keinginan semua orang itu mah,  iya gak?) Dan kebahagian-kebahagiaan lainnya. Dan kamu pasti udah tau kalo kebahagiaan itu berdampingan dengan kesed

Terima Kasih Untuk Bahagia Hari Ini

Terima Kasih Untuk Bahagia Hari Ini Sesederhana itu aku bahagia,  melihat orang yang paling berharga tertawa bahagia di depan mata.  Mungkin memang hanya lelucon kecil yang tak bermakna yang menjadi alasannya tertawa. Tapi aku cukup puas dengan pemandangan itu. Sebahagia itu aku sekarang setelah sekian purnama aku kehilangan. Kehilangan senyuman dan tawamu yang menawan hingga menciptakan kesepian. Kesepian yang perlahan mendekap erat jiwaku hingga aku sekarat. Sebahagia itu aku sekarang setelah sekian purnama aku di rendung diam. Kedatangamu yang sementara mampu membuatku menitikan air mata bahagia. Meski tau bahwa tetap akan berakhir dengan kecewa. Singgahmu mungkin hanya sebentar, hanya sekedar singgah dari rasa lelahmu yang terlalu lama membelenggu jiwa. Tapi Sebahagia itu aku sekarang. Terima kasih,  karena kedatangan mu adalah kebahagian untukku hari ini.  

Kita Hanya Teman

Ya,  apa yang bisa di katakan jika ada orang yang bertanya "bagaimana hubungan kalian"  apa yang bagaimana? Kita hanya teman bukan apa-apa apalagi orang spesial, kita bukan semacam hubungan itu.  Kita hanya dua insan yang kebetulan saling mengenal di suatu kesempatan. Bukan apa-apa. Kita hanya teman. 

Kamu Hanya Belum Pernah Kehilangan

Kamu hanya belum pernah kehilangan Justru,  kamu yang nggak tau bahwa aku sering kehilangan. Jangan hanya karena kamu belum pernah melihat aku terluka karena kehilangan kamu beranggapan bahwa aku nggak pernah kehilangan.  Bahkan sebelum kamu bilang seperti itu,  aku sudah terlebih dahulu kehilangan orang paling berharga dalam hidup, orang yang punya pengaruh  besar dalam hidup. Bukan hanya sekedar kehilangan seseorang, tapi aku kehilangan banyak hal.  Aku kehilangan momen-momen di mana aku seharusnya bisa menikmati itu semua. Berada di dekat orang-orang tersayang, mendapat kasih sayang dan hal lainnya.  Jangan kira,  karena kamu baru merasakan kehilangan kamu sudah merasa menjadi orang paling menyakitkan. 

Pelan Aja Yang Penting Berjalan

Yaps,  emang sih rasa semangat itu enggak selamanya konstan dalam diri kita. Ada kalanya rasa semangat itu menurun bahkan seturun-turunnya, kadang juga naik bahkan sangking semangatnya lupa sama apa-apa.  Pengen jalan aja terus,  gak mau berhenti meski buat rehat sejenak. Tapi sekalinya rasa semangat itu turun,  udah fiks bakal nggak mau ngelakuin apa-apa,  bahkan cuman melangkah satu langkah aja nggak bersemangat.  Kadang juga kalo udah turun rasa  semangat buat gapai mimpi dan rencana-rencana yang udah di tata.  Itu pikiran negatif selalu senantiasa berkunjung ke otak (kalian gitu gak,  kalo aku sendiri gitu)  jadinya negatif sama diri sendiri,  sama masa depan,  sama hal-hal yang bahkan belum pasti terjadi. Parahkan?  Gak ada guna stres iya :( Udah gak atu lagi sama diri sendiri mau nya gimana.  Kadang juga ngerasa kalo aku bakal jadi orang gagal. Tapi diri dalam diri aku sendiri menyangkal itu, " aku pasti bakal berhasil. Pasti bisa wujudin semua mimpi-mimpi ku".  Tapi em

Dia Bukan Siapa-Siapa Apa Peduli Mu

Sudah lupakan, dia bukan siapa-siapa. Dia hanya orang asing yang kebetulan singgah saja, kapan saja dia bisa pergi meninggalkan. Jangan terlalu mengambil hati hanya karena dia menganggapmu berarti dan sedikit perhatian. Dunianya bukan cuman tentang kamu.  Jadi, berhenti memikirkan.  Kalaupun dia  benar-benar pergi, it's okay. Itu bukan masalah besar, dia gak punya pengaruh apa-apa dalam hidupmu. Dia pergi bukan berarti hidupmu akan berakhir bukan? 

Mau Tidak Mau Harus Merelakan

P ada akhirnya cepat atau lambat orang-orang yang ada di sekitarmu akan pergi,  entah pergi dengan pamit atau berlalu begitu saja.  Juga tak menutup kemungkinan kamu, dia,  dan orang-orang terdekatmu akan pergi menyisakan dirimu seorang diri. Siap nggak siap kamu harus berakhir sendirian, orang-orang yang saat ini kamu percaya akan selalu berada di sampingmu cepat atau lambat akan meninggalkanmu. Dan jika saat itu tiba kamu harus sudah siap melepaskan dan mengikhlaskan. Meski sakit, tapi tetap harus kamu lakukan. Orang-orang nggak akan berada di samping kamu selamanya,  mereka punya tujuan dan lingkaran hidup sendiri. Kamu nggak bisa selamanya mengekang bahkan menuntut mereka untuk senantiasa berada di sampingmu. Sekalipun itu orang terdekatmu. Lepaskan.... Ikhlaskan.... Lupakan....., dan berakhir Sendirian..... Payah jika kamu nggak bisa hidup sendirian, payah jika kamu tetap nggak bisa mengikhlaskan, hahaha rasanya aku ingin tertawa, menertawakanmu yang sekarang.

Kenapa Harus Aku?

Aku Hanya Lelah

Bisakah ku memulai hari esok dengan sosok baru dalam jiwa? Memperbaiki semua hal yang menjadi kesalahan fatal di awal.  Aku tak menyerah bukan pula kalah Aku hanya lelah dan ingin istirahat barang sejenak,  mengusir rasa penat.  Kata orang aku tersesat,  dalam labirin kehidupan yang tiada ujung. Dan sangat tidak mungkin aku menemukan titik terang untuk keluar Aku tengah terjebak sedalam-dalamnya, yang bahkan tak mampu seorangpun mengulurkan tangannya. Aku sendirian,  dibawah tekanan hidup yang semakin kejam. Tak ada orang yang tau bahwa aku tengah tenggelam dalam lautan kehidupan yang tak berdasar.  Yang orang tau, aku tengah berpesta tanpa melihat fakta bahwa aku berlinang air mata.  Setiap malam,  setiap malam aku tengah termenung dibalik pintu kamar yang gelap,  dengan memeluk lutut erat.  Aku berharap bahwa semua rasa hampa dan ingin menyerah itu hanya berlaku sementara.  Tuhan...  Bisakah ini berakhir?  Bisakah aku menemukan cahaya kehidupan yang baru untuk membawaku p

Niat Melupakan Tanpa Harus Meninggalkan

Rasa itu kadang nggak bisa kita pilih mau menempatkan rasa kita kesiapa, bisa jadi sebuah rasa muncul tiba-tiba sama orang terdekat kita, teman sekelas mungkin,  teman masa kecil,  atau bahkan ke orang yang baru kenal/ketemu bisa jadi, ada yang lebih parah yaitu punya rasa ke orang yang bahkan kita blm pernah ketemu sama sekali, kenal aja dari sosmed dan di comblangin sama aplikasi.  Parah gak tuh?  Itulah rasa emang gak bisa di atur. Tapi seenggak bisa di aturnya soal rasa kita bisa meminimalisir rasanya, rasa hati kita terhadap seseorang itu. Yaitu dengan cara pelan-pelan melupakan rasanya bukan orangnya. Tapi kalo mau sekalian sama orangnya juga gak papa, karena takut nih bakalan susah buat ngelupain rasanya karena orangnya selalu ada di sekitar kita. Yaudah lupain aja sama orang-orang nya. Saya sendiri perihal rasa sama seseorang kadang susah banget buat di atur, apa lagi kalo udah ada di hadapan orangnya sekaligus berasa mati kutu,  beku tak bisa berkutik. Tapi itu

Apapun Pekerjaannya Semoga Senantiasa Menjadi Berkah

"Apapun Pekerjaannya,  Semoga Senantiasa Menjadi Berkah"  Pagi-pagi saya sudah dimintai tolong untuk mengambil uang di ATM. Memang sudah biasa saya menjadi orang yang menerima jasa pengambilan uang (hehe ya lumayan buat nambah-nambah uang jajan). Dengan sedikit malas saya menyimpan sapu dari tangan saya karena saat itu saya akan menyapu halaman rumah, di tambah masih pagi dan udara masih dingin. Dengan segera saya bersiap-siap dan tak lupa juga menanyakan jumlah nominal uang yang harus saya ambil.  Tadinya saya akan pergi sendiri, tapi karena ada adik sepupu saya ya sudah saya memutuskan untuk membawanya saja karena itung-itung menemani di perjalanan.  Langit pagi begitu cerah dan sang surya nersinar dengan ceria di balik timur, saya lupa kalo ternya hari ini adalah hari  minggu jadi di sepanjang jalan saya menemukan banyak orang yang tengah berolah raga. Mereka sangat rutin sekali berolahraga di bandingkan saya yang hanya sesekali wkwkwk. Di tenah perjalanan saya

Sederhana Juga Udah Bahagia

Tingkat kebahagiaan seseorang berbeda-beda, ada yang bahagia karena bisa bertemu orang terkasihnya,  ada yang bahagia karena mendapat pelanggan, ada yang bahagia karena berkunjung ke salah satu tempat wisata, ada yang bahagia hanya karena melihat orang lain bahagia, ada yang bahagia bisa beli makanan favoritnya, ada yang bahagia hanya karena bisa berbincang banyak dengan orang penting, dan ada kebahagiaan sederhana lainnya yang bisa membuat orang bahagia.  Saya sendiri bahagia hanya karena melihat 3 orang membaca blog saya, dan itu sudah cukup untuk saya. Itu berarti saya berhasil membuat mereka tertarik dengan tulisan saya, meski hanya beberapa orang tapi itu suatu kebahagian sederhana saya.  Hari ini,  saya berkunjung ke salah satu cuci steam motor karena blacky (motor hitam saya) sudah lama tidak mandi hehe,  entah kenapa saya selalu enggan untuk memandikan Blacky padahal jika saya sendiri yang memandikan bisa gratis. Tapi saya lebih memilih untuk membawanya ke cuci stea

Sebenarnya Aku Berat Melepasmu

Waktu itu ketika kamu bilang "aku pergi ya?" sebenarnya aku berat melepasmu. Dan kamu dengan suara tenangmu bilang " aku yakin kamu akan baik-baik saja tanpa aku" aku kira kamu hanya bercanda dan tanpa ragu kamu benar-benar melangkah pergi.  Saat itu kamu hanya tidak tau saja seberapa sakitnya hatiku saat dengar kalo kamu akan pergi, bohong jika aku akan baik-baik saja tanpa kamu. Kamu nggak tau bagaimana berusahnya aku menahan air mataku sendiri agar tidak jatuh di hadapanmu.  Jika emang kalo kamu sudah tidak lagi menginginkan aku di hidupmu, kenapa harus melibatkan aku di kehidupanmu. Jika akhirnya kamu harus melepasku, dan membuat luka hatiku.  Jika sudah seperti ini aku bisa apa?  Meski sakit aku di paksa harus melepas. Jika tetap kupertahankan kamu akan semakin menghilang, jika tetap aku genggam kamu akan semakin tenggelam. Layaknya pasir pantai dalam genggaman tangan yang semakin erat di gemgam akan semakin hilang.  Aku sebisa mungkin mengobati ras

Masih Perihal Hujan dan Luka

Tadinya aku memang menyukai hujan. Tentunya itu sebelum aku bertemu kamu, sekarang entahlah. Entah aku masih menyukai hujan atau malah membenci hujan. Dulu aku selalu senang saat hujan datang di tengah kepenatanku menjalani hari, setiap butiran-butiran air hujan yang jatuh tepat di wajahku seolah-olah meleburkan semua rasa lelah. Aku juga senang saat berimajinasi di tengah-tengah hujan.  Aku selalu membayangkan akan ada pangeran berkuda putih yang mengulurkan tangannya untuk membangunkanku saat terjatuh,  lebay memang. Tapi itu sangat menyenangkan. Beda cerita kalo yang datang ternyata kamu dengan payung biru langitmu itu, itu adalah awal kebahagiaan sekaligus permulaan menuju luka. Hujan, selalu berhasil membawaku pada cerita yang penuh luka tapi hujan juga berhasil memberiku bahagia. Ada banyak kisah yang tercipta di balik hujan entah itu perihal luka, kecewa, bahagia, dan segala warna-warni cerita yang tercipta. Dan jangan lupakan,  bahwa kita juga pernah mengukir c

Antara Aku Kamu dan Hujan

Antara Aku Kamu dan Hujan Kita di pertemukan oleh hujan dan di pisahkan oleh hujan.  Aku tak tau jika akan berakhir seperti ini,  kisah antara kita berkaitan dengan hujan.  Itu sebabnya kenapa aku kadang membenci hujan, karena setiap kali melihat hujan secara bersamaan membawa ku berkelana pada memory masa lalu.  Hampir setiap cerita kita tersimpan rapat oleh hujan, hujan tau saat kita bahagia hujan juga tau saat kita tidak baik-baik saja.  Apapun tentang kita hujan selalu tau. Kau masih ingat saat pertama kali hujan mempertemukan dua insan yang berbeda? Waktu itu dikala matahari lebih memilih pergi dan merelakan awan hitam menetap dilangit lalu mencurahkan kesedihannya kepada bumi, saat itulah kita dua sosok manusia yang dipertemukan di bawah hujan. Saat itu aku tengah menangis di bawah hujan bersamaan dengan perasaan hancur tak tertahan. Seseorang telah melukainya, dan ternyata hujan merencanakan sesuatu di antara kita. Kau datang dengan payung biru langitmu  berusah

Alvin

Kematian itu memanglah pasti adanya. Bukan hanya sekedar kabar ataupun kata belaka. Entah itu sekarang, besok, atau nanti kita pasti akan mati. Kau tau, sejatinya kematian itu adalah garis finish kehidupan. Dimana itu adalah kemenangan telak untuk hasil dari kehidupan kita. Kita tidak tau kehidupan seperti apa yang akan kita hadapi setelah melewati garis finish ini. Maut tak pernah pandang waktu, umur, jabatan, kesehatan, atau apapun itu.  Yang pasti maut akan menjemput siapa saja yang hidup. Dan tentunya setiap makhluk hidup sudah mempunyai garis waktunya masing-masing. Lantas, bagaimana dengan manusia yang belum sampai pada batas waktu yang di tentukan tapi menginginkan pulang terlebih dahulu?. Ini kisah Alvin,  sosok remaja yang hampir saja mati tenggelam di sungai karena sengaja menceburkan diri ketika air sungai tengah naik.  Entah apa yang menjadi alasan atas tindakannya yang pasti ada sesuatu yang dia alami. Terlepas dari keadaan sekolahnya yang bisa di bilang t

Tak Seharusnya Aku Mengenalmu

 Seharusnya dulu aku tak usah menyapamu,  biarkan saja kau berlalu tanpa ada adegan saling temu dan mengenal satu sama lain.   Biarkan saja cerita kita tak pernah tercipta karena pada akhirnya hanya aku yang mendamba bahwa aku dan kamu akan menjadi kita.  Semesta, waktu itu memang seperti menjanjikan bahwa kita akan saling terikat satu sama lain nyatanya itu hanya pengharapanku yang berlebihan. Semesta, memang tak menjanjikan bahwa kita akan bersama hanya saja itu tampak akan bersama. Saling berbagi kabar,  perhatian, dekat setiap waktu,  berbagi cerita,  bahkan sebelum tidurpun kita bertukar kabar,  saling melempar canda lewat telepon malam.  Huh,,  sungguh malam yang indah.  Pikirku cerita kita akan bertahan lama hingga aku-kamu benar-benar akan menjadi kita,  nyatanya baru seperempat certia kita sudah harus mengakhiri cerita. Tidak seru bukan,  aku yang berpengharapan lebih bahwa aku dan kamu akan menjadi kita hanya bisa menertawakan kebodohan diri sendiri.  Terlalu perc

Jangan Menyesali Apapun Karena Kamu Gak Bisa Mengulanginya Lagi

"Jangan Menyesali Apapun Karena Kamu Gak Bisa Mengulanginya Lagi" Pernah gak sih kamu ngambil suatu keputusan dan berakhir dengan penyesalan?  Hmm aku sendiri pernah,  pernah seperti itu dimana aku ngambil suatu keputusan dan akhirnya berakhir dengan penyesalan.  Sebenarnya kalo di pikir ulang lagi sering kali aku seperti itu,  mengulang hal yang sama setiap kali mengambil keputusan.  " Aku udah yakin sama keputusan yang aku ambil,  aku gak akan menyesalinya" Ehh,  tetap aja penyesalan itu selalu datang perlahan mengelus hati,  merayu agar di izinkan untuk masuk. Dan akhirnya masih dengan ending yang sama.  Kalo kamu sendiri gimana sih caranya supaya enggak terjebak dengan ending yang sama dan penyesalan yang sama?  Kadang tuh ya, kalo udah ngerasa salah ambil keputusan suka benci sama diri sendiri. Selalu mempertanyakan kenapa sampe seperti ini,  berakhir seperti ini, kenapa nggak seberuntung orang lain yang kalo ngambil keputusan atau langkah selalu be