Skip to main content

Posts

Kredibilitas Saya sebagai Seorang Anak

Hallo, ini saya. Apa yang kamu pikirkan jika sedang overthinking? Pasti banyak sekali skenario-skenario yang kita ciptakan sendiri dalam pikiran sampai rasanya ingin meledak. Rasanya menjadi manusia paling terluka di muka bumi ini, merasa menjadi manusia paling lonely, paling nggak beruntung yang jatuhnya membawa diri pada rasa tidak bersyukur. Semua hal yang seharusnya kita syukuri justru tertutup oleh pikiran-pikiran negatif kita, dan itu bahaya untuk kewarasan akal kita. Saya sendiri tiap kali overthinking datang menghampiri akal pikiran saya, selalu datang pertanyaan tentang kredibilitas diri saya sebagai anak. Apakah saya sudah cukup baik menjadi anak? Apakah saya sudah cukup untuk bisa dikatakan sebagi anak yang berbakti kepada orang tua? Apakah saya dewasa ini masih jadi beban orang tua? Apakah saya sudah cukup memberi kebahagiaan pada orang tua? Dan saya selalu ingin menanyakan ini “Bu, apakah ibu bangga dengan saya yang sekarang?”. Sebagai seorang anak saya

Teman Bertumbuh

Hai, ini Drie. Hari ini saya sedikit sibuk dengan persiapan event Bulan Bahasa. Btw, teman-teman suka atau pernah ngadain Bulan Bahasa juga?. Kalau suka dan pernah, cerita dong keseruannya gimana. Sedari satu bulan lalu saya bersama rekan-rekan yang lainnya mempersiapkan acara ini, terhitung H-2 lagi kita akan sampai pada acara. Bulan bahasa ini acara tahunan yang dilaksanakan oleh HIMA (Himpunan Mahasiswa) Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, event ini dilaksanakan dalam rangka memeriahkan peristiwa Sumpah Pemuda di mana dalam teks sumpah pemuda terdapat pengkukuhan bahasa Indonesia sebagai ibu bahasa. “Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, ranah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa yang satu, bahasa Indonesia.” Oh, iya, topik hari ini adalah mengenai “ Punya banyak teman di komuitas blog? Mengapa akrab dengan teman t

4 Alasan Saya Malas Update Blog

Hallo, ini Drie. Hari ini saya tidak sengaja melihat update-an di laman facebook Kumpulan Emak-Emak Blogger tentang blog challenge satu hari satu post, dalam rangka menyambut hari Blogger yang jatuh pada 27 Oktober nanti. Setelah saya cermati, ternyata saya tertarik untuk mengikuti challenge tersebut. Kebetulan saya memang sedang mengkomitmenkan diri untuk konsisten menulis lagi, untuk mencairkan kebekuan kata dalam otak saya, kekakuan saya dalam menulis dan keasiangan saya dengan cerita. Challenge ini akan saya jadikan sebagai pemantik untuk menulis dan aktif lagi ngeblog, agar ‘rumah’ tempat saya menumpahkan cerita kembali lagi hidup dan terisi. Blog challenge ini akan dilaksanakan mulai dari 19 Oktober s.d 25 Oktober dengan tema berbeda setiap harinya. Tentunya ini akan menjadi tantangan tersendiri buat saya, dan semoga saya bisa berkomitmen hehehe. Bisa lah ya? Cuman 7 hari aja kok . Mari kita lihat, Drie semoga kamu berhasil. Tulisan pertama ini akan membahas men

Cakue Special untuk Sehan

Penawaran Pertama Mau saya belikan cakue?, kebetulan saya lagi mampir jajan dulu 17.54 Tawarku melalui pesan singkat yang sengaja kirim. Entah, ketika aku mengetik penawaran itu rasanya sedikit hm.. malu? Sekaligus senang. Karena dengan sedikit keberanian yang kupunya, akhirnya aku bisa menawarinya jajanan favoritku. Status di bawah nama kontak itu berubah menjadi mengetik, menandakan dia sedang mengetik untuk membalas pesan yang kukirimkan. Aku dengan harap cemas memperhatikan status mengetik itu. Aku tidak sabar menunggu balasannya. Enggak 17.56 Singkat, jelas dan padat. Sial. Sebenanya jawaban yang dia berikan cukup membuat aku tersadar, bahwa kita sejauh itu. Aku tidak sedekat itu untuk menawari apa yang ingin aku beli. Sedikit memutar otak, kutemukan jawaban yang pas  untuk mengalihkan perasaan ngenesku karena tawaran ditolak. Kalaupun mau juga beli sendiri sih wkwk 17.56 Jawabku agar penawaran yang sebelumnya terkesan sekedar basa-basi. Dia menjawab. Tuh kan, udah ketebak bakal k

Malam Sendu di Bawah Dekapan Langit Jakarta

Malam sendu di bawah dekapan langit Jakarta. Aku berjalan, menelusuri lorong-lorong yang hampir tidak terpakai. Menyapa trotoar-trotoar jalan kesepian. Aku menghibur diriku sendiri. Atas duka yang kurasakan lima menit lalu. Tidak apa-apa, aku akan melaluinya. Malam sendu dibawah dekapan langit Jakarta, juga kekecewaan yang semakin menggila menguasai diri tak terkendali. Aku meraung sakit. Sedikit sesak hingga sulit ku mengerti. Aku marah pada rumput-rumput yang hanya bisa menertawakan ku di jalan. Meneriaki ku karena aku menunjukan kesedihan. Bukankah itu sah-sah saja? Aku juga manusia. Aku dicumbu rasa cemburu kehidupan, marah atas hal-hal yang tidak bisa kuraih. Rasa benci juga ikut menggerogoti diri, mendesak hingga sesak. Rusak.  Kekecewaan itu kian menggunung di ujung pelupuk mata menjelma genangan air yang siap tumpah kapan saja. Aku terluka, luka-luka yang ku kira terkira ternyata tidak terkira. Memeluk hati yang rapuh dan luka yang kian hari kian mendalam.  Terpenjara perasaan

Langitku Bukan Tentang Kamu Lagi

Langitku bukan tentang kamu lagi.  Namamu sudah melebur terbawa angin lewat, tertarik paksa dari dalam diri meski sudah ku kunci rapat-rapat dalam hati. Daun-daun melambai sendu, ikut bersedih atas duka yang kurasakan.  Angin menyapa ilalang-ilalang yang menyanyikan lagu patah hati. Langit juga ikut sendu, menggelap hingga turun hujan.  Mencoba membantu menghapus jejak langkahmu juga segala kenangan indah yang pernah kita lukis di sepanjang jalan. Aku sendirian, berdiri ditepi harapan yang ku bangun dengan angan. Segala kenangan indah yang kita lalui melambai membelai mesra ingatan.  Aku tidak tahan. Buang saja. Percuma ku saksikan jika hanya membangun kesepian itu semakin mencekik diri. Aku tertunduk, membisikan kekecewaanku pada bumi. Biarkan saja, akan ku beritahu segala sakit juga kecewa yang kurasakan. Syukur-syukur dia menenggelamkan mu pada bagian terdalam luka yang kurasakan.  

Rain-Raini-Rindu

"Rain-Raini-Rindu" Tiga kata sejuta makna. Bagi seseorang yang menyimpan kenangan dalam hujan akan ada masa dimana saat hujan kenangan itu kembali mencuat kepermukaan layaknya air yang meluap.  Entah itu kenangan yang menyenangkan atau menyakitkan. Aku satu dari sekian orang yang menyimpan kenangan pada hujan, menitipkan bagian-bagian cerita yang ku rangkai pada setiap butir-butir hujan yang jatuh dengan harapan itu akan abadi disana, bersama hujan. Sialnya aku menyesal. Aku lupa jika yang kutitipkan bukan hanya tentang kebahagiaan tapi juga hal yang menyakitkan. Makannya, adakalanya aku suka saat hujan ada kalanya aku benci dengan hujan. Hujan harusnya meninggalkan genangan bukan malah mengingatkan kenangan. Drieeindri

Perasaan yang Sama-sama Menyebalkan

Kubuka lagi lembaran-lembaran naskah cerita kita yang sempat kutulis Berharap masih ada bab yang bisa kulanjutkan kisahnya Ternyata, naskah itu berhenti di bab perpisahan. Sore itu, sore yang penuh dengan kebisuan. Langit jingga kehilangan keindahannya ditelan malam yang kelam. Udara dingin yang menusuk juga sunyi yang mengusik. Kita terdiam diakhir kata selesai, udah sampai sini aja, tidak bisa lanjut. Bukan karena bosan atau hilang perasaan tapi karena sudah tak sejalan. Kau dengan rasa sakitmu, aku dengan rasa kehilanganku. Perasaan yang sama-sama menyebalkan. 

Sedikit Kecelakaan di Pagi Hari

Saya pernah menulis "Berkendara itu, satu dari sekian cara untuk melihat keegoisan manusia. Kenapa begitu? Karena manusia tidak pernah mau bersabar". Salah satunya saya. Hari ini saya berangkat lebih pagi dari biasanya, dengan harapan bisa menikmati suasana pagi lebih lama dan lebih nyaman. Nyatanya jauh dari harapan. Saya lupa kalau hari ini sudah mulai sekolah, tentu saja jalanan akan jauh lebih ramai dari biasanya. Banyak kendaraan yang berlomba-lomba ingin memimpin garis depan agar sampai tujuan lebih cepat. Saya sendiri lebih lambat dari orang lain. Jika diibaratkan saya berjalan seperti kura-kura yang memangku rumahnya kemana-mana. Saya terlalu asik mendramatisir keadaan sekitar saya, pada ibu yang buang sampah, anak sekolah dengan putih-birunya berlarian di trotoar jalan, seorang ayah yang mengantar putrinya, bapak disudut jalan menikmati rokoknya, juga pak polisi yang sedang menertibkan lalu lintas. Matahari tepat menyoroti wajah saya, hangatnya membelai p

Pikiran Manusia Emang Seriuh Ini Ya?

Saya hampir tenggelam pada lautan pikiran yang tak berdasar. Sebelum akhirnya ditarik kemudian oleh kenyataan. Akhir-akhir ini pikiran saya tidak baik. Banyak hal yang seharusnya saya pikirkan malah menjadi-jadi menciptakan kekhawatiran.  Khawatir akan hari esok, lusa, dan seterusnya. Pertanyaan 'bagaimana kalau' terus bersarang dikepala tanpa pernah menemukan jawaban. Haha pikiran manusia emang seriuh ini ya? Berisik. 

Minggu Pagi Sebelum Kerja

Suasana minggu pagi selalu berbeda. Jalanan yang lebih ramai pejalan kaki dari biasanya, udara yang terasa jauh lebih segar meskipun sama saja. Juga semangat orang-orang yang menguar dari para pejalan kaki. Aku berkendara dengan pelan, penuh penghayatan. Kalau dulu kata Sani, tadabur.  Orang-orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, ada yang pemanasan sebelum mulai berolah raga, ibu-ibu pulang belanja dari pasar, penjual dan pembeli bubur untuk sarapan atau hanya sekedar jalan-jalan santai biasa. Saya sendiri sedang duduk didepan toko yang belum buka sembari menikmati dodongkal yang saya beli beberapa menit lalu hehe. Pagi ini penuh kegiatan, bahkan 7.15 yang menurut saya sepagi ini sudah ada yang foto prewedding diperempatan jalan. Untungnya kang foto orang berbeda dengan yang saya temui di sekolah. Aduh, tepat di depan saya sedang take video. Dua pasangan itu sedang berjala dengan bergandengan tangan juga jangan lupakan ekspresi bahagia di wajahnya.  Apakah saya yang

Aku Ada di Sini, Senantiasa Menanti Kepulanganmu

Hari ini aku bertemu adikmu, dia sama kayak kamu, sama persis.  Bedanya dia versi perempuan.  Dia tumbuh cantik, sangat cantik. Kamu pasti membanggakan dia, aku bisa membayangkan kamu bersemangat menceritkan tentang dia.  Bahkan sepanjang hari itu hanya akan kamu isi tentang dia. Aku akan mendengarkan kamu, tenang saja. Bolehkan dia ku ajak ke rumahku? Akan kujadikan dia sebagai tahanan tidak langsung. Aku tidak akan mengijinkan dia pulang, jika kamu tidak menjemputnya. Aku ingin bertemu denganmu. Sejak perpisahan waktu itu, perpisahan yang kuanggap bukan perpisahan (meski akhirnya kamu menghilang) aku tidak pernah bertemu denganmu lagi.  Apakah luka yang kutorehkan padamu terlalu dalam, sampai-sampai kau menyembunyikan diri. Berlari sejauh mungkin agar tidak bertemu dengaku lagi? Apakah, rasa sakit itu masih terasa jelas? Mari aku obati, kata orang terkadang yang bisa menjadi obat atas luka adalah sumber luka itu sendiri. Apakah, semua hal tentangku menjadi ingatan terburu

Kanvas Kesepian

Tidak bisakah kau merasakan bahwa laut tengah menangis kesepian. Meratapi buih-buih yang pergi meninggalkannya sendirian. Tidak bisakah kau merasakan bahwa laut tengah meraung kesakitan. Menyuarakan kekecewaanya pada buih yang meninggalkannya sendirian. Kanvas itu kosong Sepi Sendirian Kanvas itu mulai terisi Penuh dengan goresan-goresan tinta hitam-putih mewakili kekecewaan. Kanvas itu mulai berwarna, Penuh dengan warna-warna cerah lambang kebahagian. Nyatanya kanvas itu masih merasa sendirian Kosong Dan kesepian Itu adalah warna semu yang terpaksa tergoros oleh tangan seseorang yang merindu kebahagian. Tidakkah kau berpikir bahwa aku kesepian Sendirian dalam gelap penuh kesedihan Tenjebak dalam kanvas kesepian.

Kau Bukan Tokoh Utamanya

Kau bukan tokoh utamanya. Hanya aku yang terlalu pandai merangkai kata, menuliskan namamu dalam setiap ceritaku hingga kau tampak sang tokoh utama. Nyatanya, kau bukanlah tokoh utamanya Kau hanya bagian dari kisah-kisah pelarian yang tak kunjung bisa aku wujudkan Kau hanya tokoh pengganti yang kebetulan sama dengannya Kau hanyalah pemeran pengganti untuk dia yang memilih pergi meski cerita belum sempat kuselesaikan. Kau bukan tokoh utamanya

BTOB dan Daun Semanggen

Awal Mei kemarin BTOB merilis mini album "Wind and Wish" sebagai penanda comeback mereka setelah satu tahun lebih. Jujurly seneng banget karena bisa liat si Sad boy a.k.a Sungjae lagi😭.   Asli keren banget, yang jadi fokusku itu adalah sama konsep albumnya. Dari pemilihan cover album sampai isi albumnya. Kok bisa, mereka kepikiran buat ngejadiin daun semanggen atau dikenal dengan nama ilmiah Marsilea salah satu jenis tanaman termasuk kelompok paku air (Salviniales) sebagai konsep album mereka? Kok kepikiran gitu? Idenya itu luar biasa 😭 Ternyata setelah ditelusuri enggak aneh kalau di album mereka "Wind and Wish" itu menjadikan daun semanggen atau sering di sebut Clover leaf / Four Leaf Clover itu sebagai cover album. Karena emang ada maknanya kalau daun itu sebagai daun keburuntungan.  Bagi sebagian orang yang percaya, kalau kita menyimpan daun itu didepan pintu maka bisa mendatangkan jodoh😆. Bahkan di Irlandia dipercaya bahwa daun Four Leaf Clover i

Episode 01 - Tumbuh

Aku akan bertumbuh, melepas sekiranya luka-luka yang harus kulepas. Merelakan hal-hal yang sebaiknya direlakan dan mengikhlaskan tentang segala apapun yang terjadi dalam hidupku sepanjang 19 tahun ini. Seharusnya ini enggak menjadi kehilangan paling menyakitkan. Karena ketika ku ingat-ingat, aku bahkan pernah kehilangan hal yang penting dan berharga. Limited edition enggak ada duanya di manapun, Bapak. Aku kehilangan bapak tahun 2015 lalu, ketika aku sedang asyik-asyiknya dengan dunia remajaku. "Aku punya sosok yang kuat. Bapakku." pamerku pada diri sendiri di cermin.  Aku selalu menjadi yang paling bersemangat menceritakan tentang segala kehebatannya. Tentang bagaimana bapak selalu berusaha membahagiakan anak gadisnya, membelikannya baju, membuatkannya mobil-mobilan dari kayu, atau sekedar mengajaknya bercanda sampai tertawa lepas.  Dulu aku belum mengerti rasanya bahagia tanpa batas bareng bapak. Rasanya semua hari sama, akan terasa menyenangkan jika dilalui bersama bapak.

Avocado Capucino

"Aku enggak suka kopi. Tapi, kalo ngopinya sama kamu bolehlah" katamu waktu kita tidak sengaja bertemu di coffeshop. Itu adalah pertemuan yang tidak pernah diharapkan. Entah apa yang Tuhan rencanakan kita dipertemukan kembali setelah satu tahun tidak bertukar kabar. "Apa kabar?" Pertanyaan pertama yang kamu lontarkan setelah kita duduk berhadapan. Di meja kecil nomor 29 tepat menghadap jalan. "Baik" jawabku. Untuk beberapa saat, kita terjebak dengan pikiran masing-masing. Memutar otak mencari topik yang cocok untuk dibicarakan. Kamu meneguk Capucinomu. Aku hanya diam, sembari mengaduk-aduk minumanku. "Gimana Jakarta, seru?" "Aku dengar, setelah kepergianku ke Bandung kamu pergi juga. Waktu itu aku kaget dan enggak percaya, karena kamu pergi tanpa pamit". Iya, aku sengaja pergi tanpa pamit. Biar kamu tahu rasanya ditinggal tanpa kata. Kamu, egois Di. Kamu hanya mementingkan mimpi kamu saja, tanpa memikirkan aku. "Iya, Ja

Agustus dan Ceritanya

"Agustus cape, tapi asik banget" Aku setuju dengan itu, apa yang dibilang benar. Agustus kali ini cape, banyak hal yang runtuh, kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan, impian yang harus tertunda, dan perpisahan yang tak terelakan. Hati dipaksa untuk ikhlas meski sulit. Tapi harus. Jujur ini cape banget, tapi Allah Maha Baik. Dibalik Agustus yang melelahkan banyak kejutan yang luar biasa, meski tidak langsung menjadi obat tapi setidaknya itu bisa meredakan segala rasa yang mengecewakan. Agustus, terima kasih untuk 31 harinya. Terima kasih untuk segala ceritanya dan semoga september kali ini bisa diajak kerja sama. Mari mengukir cerita bersama. Bahagia terus ya, 🤗 #Tetaphidup #Drieecerita #SeptemberMenulis #SM2022hari01

Berhenti Hidup?

Rasanya enggak adil jika kita berhenti disini. Sementara diluar sana masih banyak orang yang punya masalah jauh lebih berat daripada kita.  Jangan bilang hanya karena keadaanmu enggak sesuai dengan apa yang kamu harapkan kamu ingin berhenti dan ngaku kalah pada kehidupan. Ini hanya masalah waktu dan kesabaran.  Nanti, akan tiba saatnya dimana kita bisa hidup sesuai dengan apa yang kita harapkan. Bersabar dengan segala proses, step by step, pelan-pelan kita akan sampai tujuan.