Hari ini, seseorang yang paling berharga dalam hidupku, seseorang yang paling aku sayang akan pergi kembali. Pergi ke tempat dimana ia mencari jantung kehidupan untuk mepertahankan hidupku dan adikku.
Sebenarnya aku tak rela jika harus melepaskan ia pergi kembali, tapi apa boleh buat? Keadaan dan kenyaatann menuntutnya untuk pergi.
Ya mau tidak mau aku harus merelakannya walaupun hati menjerit, berteriak "Jangan pergi" itu tak ada artinya. Yang aku bisa sekarang hanya mengiringi kepergiannya dengan terus menguatkan hati dan menenangkan sang adik yang menangis tersedu-sedu dalam pelukanku..
Pesan Mamah terus saja terngiang dalam ingatanku bahkan mungkin hatiku..
"Jaga adikmu ka, jangan terlalu di tekan. Jika tidak mau jangan di paksa, hati-hati menjaga rumah kalo mau tidur jangan lupa mengunci pintunya. Dan jangan lupa untuk tidak telat makan" pesannya
Saat itu aku hanya bisa menangis dalam pelukan hangatnya
" Jangan menangis" ucapnya lembut dan menghapus air mataku
"Lihat Mamah, jangan menangis. Mamah pergi hanya sementara bukan untuk selamanya"
"Mamah yakin kakak pasti kuat, bisa. Mamah percaya sama kakak, jangan sedih!
Lihat orang lain, ada yang lebih dari kakak, mereka ada yang ditinggalkan sejak dari lahir malahan sama ibunya dan tak berkesempatan untuk melihatnya. Makannya kakak sekarang harus bisa ya, harus mulai belajar tanpa mamah."
Di dekapnya adikku. Ada rasa berat meninggalkan dalam pelukannya.
" Adek jangan nakal ya. Haus nurut sama kakak, jangan hujan-hujanan terus nanti sakit. Dan harus rajin juga ya sekolahnya"
Sementra adiku hanya menangis.
" Jagoan mamah jangan nangis dong. Lihat mamah, nanti kalo mamah pulang mamah bakalan bawain Adek hadiah. Apapun yang adek mau mamah bakalan beli buat adek." Rayu mamah.
Kemudian kami berpelukan. Dengan perasaan berat aku harus melepaskan kepergian mamah.
Setelah Ayah pergi 5 bulan yang lalu, mau tidak mau mamah yang harus menggantikan peran Ayah dalam hal mencari nafkah untuk keluarga. Awalnya Mamah hanya mengandalkan pesanan membuat kue. Sementara kebutuhan kami tak terbatas.
Setelah melalui pertimbangan yang cukup berat akhirnya mengambil keputusan untuk pergi ke kota orang mencari nafkah. Seumur hidup baru sekarang aku di tinggalkan oleh mamah dalam jarak yang cukup jauh dan jangaka yang cukup lama. Butuh waktu aku membiasakan diri tanpa ada seorang mamah dalam kehidupan sehari-hariku lagi.
Aku yang belum terbiasa tanpa mamah merasa kalo hari-hari itu serasa hampa.
'Bahagia memang namun hamapa'. Bahagiannya karena jika mamah bekerja berarti segala kebutuhan kami terpenuhi namun yang membuat hampanya yaitu keberadaan mamah yang jauh dariku. Sungguh hari-hari tanpa ada sosok seorang ibu serasa gila, ingin mengungkap rindu tapi tak bisa, ingin memeluk tapi tak bisa. Hanya angan yang bermain rapi dalam otak.
Dan kali in bukan kepergiannya yang pertama kali, tapi masih saja hati ini tak rela melepaskannya pergi kembali. hati ini berat merelakannya. Tak rela jika rumah yang hangat karena keberadaannya harus kembali sunyi tanpa berpenghuni.
Mungkin kisah seperti ini bukan hanya aku yang mengalaminya bahkan mugkin ada orang yang lebih dari ini.. aku hanya menulis ini sebagai ungkapan hati yang perlahan menjadi sunyi karena terlalu lama tak berpenghuni..
"Soo, pesanku yang mamah nya masih selalu ada di sisinya pliss, jangan kecewain dia. Perbanyaklah waktu untuk selalu bersamanya. Karena jika sudah tak ada kalian tak akan bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa mengenang kenangan tanpa membuatmu senang. Tolong, nikmati setiap momen saat berasamanya. Karena kita gak tau berapa banyak lagi waktu yang tersisa untuk bersamanya. Bisa jadi itu saat terakhirmu beramanya..
Sekali lagi, selama dia masih ada teruslah buat ia bahagia, lukislah senyuman bahagia di wajahnya, jangan biarkan air mata sucinya tumpah"
Comments