Hari ini jiwa ku tergoyah oleh rasa kaget yang secara tiba-tiba menyerang. Karena si jago merah hampir saja menghancurkan istanaku. Untung saja sang dewi hujan telah melawan si jago merah dan melenyapkannya dalam sekedipan mata..
**
Sekarang adalah hari libur dimana seperti biasa rutinitasku pasti membersihkan rumah agar selalu terlihat nyaman dan bersih. Sedangkan di dapur nenek ku sedang memasak.
Wangi khas bumbu pasakan berhasil menghipnotis hidungku dan membuat perut ku lapar. Apapun yang nenek masak selalu saja lezat, pikirku.
Aku tak menyadari kalo ternyata nenek pergi kewarung untuk membeli bahan makanan tambahan. Dan di dapur masih dalam keadaan memasak rebusan air. Tanpa terdengar olehku ternyata nenek telah berpesan padaku agar aku mengecek api dari kompor.
"Ae, nenek pergi ke warung dulu. Sesekali coba cek apinya jangan terlelu fokus sama pekerjaanmu"
Kemudian pergilah nenek kewarung.
Beberapa waktu kemudian, aku masoh terfokus dengan acara Wiping kaca sembari bersenandung ria. Aku belum menyadari kalo di fapur api kompor masih meyala.
"Kenapa agak sedikit bau hangus ya?" Pikirku tanpa punya pikiran bahwa yang gosong adalah masakan di dapur.
"Astagfirullah, Ya Allah....." dengan seketika aku melempar alat yang sedang akau pegang dan segera berlari menuju dapur.
Aku panik, apa yang harus aku lakuakan? Aku hanya bisa berteriang meminta tolong.
"Tolongg...tolonggg... kebakaran" teriak ku keras.
Seberapapun aku berteriak belum juga ada manusia yang datang menolong karena memang di jam sembilan pagi orang-orang selalu pergi kekebun.
Aku berlari mencari kain yang bisa aku gunakan untuk memadamkan api. Karena seingatku kalo ada api atau kebakaran kecil harus memadamkannya dengan kain basah agar api tak bertambah besar.
Tapi sayangnya kondisi ini, kondisi yang sedang ada di hadapanku adalah api besar.
Api sudah merambat ke bawah kompor dan bebrapa perabotan lainnya.
Aku benar-benar panik. Dengan perasaan campur aduk aku mengambil air dengan baskom dari wc yang kebetulan wc dekat dengan lokasi kebakaran.
'Byurrrrr'
Api tersiram oleh air bukannya makin kecil malah semakin besar.
Melihat hal itu aku terus saja menyiram beberapa air pada api yang sudah merambat hingga ada sekitar sepuluh siraman air akhirnya api mulai padam.
"Alhamdullilah ya Allah"
Tubuh ku lunglai, terduduk ke lantai dan menatap kosong barang-barang yang sudah hangus terbakar.
'Apa yang akan aku katakan pada nenek?? Kalo ternyata dapurnya berubah menjadi buruk'
Dan juga pasakan yang nenek pasak pun hancur, padahal itu makanan kesukaan ku.
Ingin rasanya aku menangis. Aku merasa tak berguna. Harusnya tadi aku langsung cek. Harusnya tadi aku tak terlalu fokus pada pekerjaan yang akau kerjakan. Harusnya tadi aku... Harusnya tadi...
'Agghkkkkk'
Ini salahku. Nenenk maafkan aku ...hikss nenek maaf...
Aku sudah menangis karena rasa bersalahku yang dalam di hati. Aku takut nenek akan merasakan lagi traumanya kembali. Iya, nenekku trauma dengan yang namanya kebakaran, karena dulu rumah nenek pernah kebakaran dan hampir saja menghilangkan nyawa anak-anaknya jika tak langsung bertindak.
Maaf kan aku nenek.....
Comments