Skip to main content

Posts

Radio

|Terima kasih sudah berkunjung. Ini merupakan bagian dari projek pembiasaan menulis di bulan Februari. 29 hari penuh cerita| Hai. Gak kerasa udah Februari aja. Semoga bulan ini penuh dengan kebaikan dan hal-hal yang kurencanakan terlaksanakan. Hari ini dengan teman-teman sekelas pergi menjenguk dosen wali yang minggu lalu melahirkan. Di sana cukup lama sampai menghabiskan 4 buah pisang, Anggur sisa sengahnya, setengah toples sistik, satu tople kecil kerupuk dan satu keranjang air minum hehe. Sayangnya enggak sempat melihat dede bayi karena dede bayinya terlelap tidur. Oh iya, hari ini hujan dan terima kasih untuk Arin atas jas hujannya. Sehat terus dan bahagia terus ya buat Arin. Hari ini aku mau bhas radio. Ada yang masih senang mendengarkan radio? Aku juga sudah lama enggao mendengarkan radio, terkahir kali itu entah kapan. Baru hari ini aku mendengarkan radio lagi, itu juga karena nggak ada paket internet dan bingung harus apa. Jadinya mendengarkan radio jadi pilihan dan te

Minta Tolong

|Terima kasih sudah berkunjung. Ini merupakan bagian dari projek pembiasaan menulis di bulan Februari. 29 hari penuh cerita| Hai. Hari ini ada yang harus kulakukan yaitu followup surat permohonan bantuan piala dan kesedian sambutan kepada bapak Bupati Cianjur untuk acara Ngamumule Budaya Sunda yang diajukan jum'at lalu (26/01/24). Ternyata setelah dikonfirmasi lebih lanjut suratnya masih dalam tahap proses. Jadi, kemungkinan 1-2 hari kedepan kita ke Pemda  lagi. Sebelum berangkat atau mungkin sedari semalam aku memikirkan hal apa yang harus kulakukan setelah dari Pemda atau kemana baiknya aku pergi? Diam di pedestrian sembari menikmati roti dan lalu lalang kendaraan, jalan-jalan di sepanjang trotoar, ke pasar meski hanya sekedar lihat-lihat, menelusuri Pemda, mejeng di alun-alun atau ke Pusda? Pilihanku jatuh ke opsi terakhir yaitu, Pusda. Aku enggak bawa Blacky (motor yang biasa kupakai), pagi tadi berangkat dianterin. Sebelum benar-benar keluar dari Pemda aku memikirk

Ilalang

Kahlil Gibran dalam buku  Sang Nabi  pada puisi berjudul " Kerja"  halaman 41 menuliskan syairnya "Siapa mau menjadi ilalang, membisu dan diam, ketika seluruh alam raya menyanyi serentak?" Jika aku diperkenankan menjawab, maka aku akan menjawabnya dengan lantang. Aku! Aku ingin menjadi ilalang diam dan membisu. Kau bisa membayangkan ketika kau menjadi ilalang diam dan membisu.  Kau hanya akan diliputi ketenangan dengan buaian angin setiap pagi dan sore menyapa. Hidupmu akan jauh dari tuntutan hidup yang menarik paksa untuk berlari tak kala kau sedang berjalan.  Kau akan jauh dari ekspektasi-ekspektasi orang-orang yang sebenarnya bukan tanggung jawabmu. Kau akan tenang, menciptakan musikmu sendiri. Kau akan damai dengan kedamaian yang kau ciptakan sendiri. Kau dan aku ilalang. Ilalang yang memilih diam dan membisu ketika seluruh alam raya menyanyi serentak. Drie

Yang Kubilang Rindu itu, Kebohongan

Aku hanya pandai membuat judul memikat Tanpa isi yang penuh makna tersirat Dengan kerinduan kosong tanpa sekat Ternyata hanya kebohongan yang melekat Pada setiap kata yabg kuucapkan, Itu hanya sebuah kebohongan Yang kupoles dengan diksi penuh tipuan Takan kau temukan kekeliruan Dalam setiap katanya,  karena sudah kuselipkan janji-janji manis pada setiap baitnya  Kau akan terlena dibuai kata tanpa makna Kau akan tersungkur pada diksi yang fana Kau hanya akan terperangkap pada imaji fatamorgana Biar kukatakan sekali lagi- aku hanya pandai membuat judul yang memikat, tanpa isi yang menyimpan makna tersirat. Dan yang kubilang rindu itu, adalah sebuah kebohongan.

Setelah Gagal Kemarin

Kurasa kedepannya bakal ketemu lebih banyak lagi kegagalan-kegagalan lainnya, yang bahkan mungkin akan menjatuhkanmu lebih dari ini. So, Kamu sudah siap menyambutnya? Nanti dikegagalan berikutnya, aku harap kita sudah lebih siap lagi menyambut kedatangannya. Sudah kita siapkan ruang patah hati dalam diri untuk menikmati kesakitannya. Kita harus sudah siap. Tentang gagal kemarin mari kita lupakan, anggap saja itu ospek dari semesta yang katanya untuk membentuk diri kita lebih kuat dan melatih mental kita. Biar kita tunjukan bahwa kita sekuat itu untuk kegagalan kemarin. Tentang jalan hidup yang tak sesuai dengan keinginan kita, biarkan itu melebur berbaur dengan naskah takdir yang diatur semesta. Mari kita mendalami peran yang telah ditetapkan semesta, menikmati jalan ceritanya hingga nanti kita betemu endingnya. Baik ataupun buruk pada akhirnya, kita sudah bermain peran sesuai aturannya. Kita sudah berusaha. Jika kegagalan berikutnya menyapa kita kembali. Maka, kemari. Tak

Kalau Aku Rindu

Kalau aku rindu, aku tak akan mengatakan apa-apa, Biarkan saja aku merindu sendirian. Kalau aku rindu, aku tak ingin menuliskan apa-apa, Biarkan saja aku menikmati kerinduan itu dalam diam. Kalau aku rindu, aku tak ingin seorangpun tau, Biarkan hati yang berbicara lewat kalbu Kalau aku tengah merindu.

Jangan Membandingkan Diri dengan Orang Lain. You're Enough.

Lagi-lagi membandingkan diri sendiri dengan orang lain, meski tahu bahwa itu tidak baik.  Kata-kata kak Kevin Anggara melekat dalam pikiran yang bilang kalau "Saat kita membandingkan diri kita dengan orang lain, saat itu juga kita kehilangan kebahagiaan". Apa yang dikatakan kak Kevin benar, saat kita membandingkan diri kita sendiri dengan orang lain kita akan kehilangan kebahagian kita atau bisa jadi kita akan merasa terpuruk dan putus asa, menyalahkan keadaan, marah kepada sang pemilik semesta dan bertanya-tanya   "Kenapa aku tidak seberuntung dia?" "Kenapa dia bisa memiliki apa yang ingin dia miliki?" "Kenapa aku berada disituasi ini?" "Kenapa takdir gak berpihak padaku?" Dan pertanyaan-pertanyaan kenapa lainnya, yang tak kunjung menemukan jawaban. Tentang membandingkan hidup kita dengan orang lain, entah itu pencapaian, prestasi, percintaan, karier, dan lain halnya yang sepatutnya diperbandingkan justru akan membawamu pad

Kredibilitas Saya sebagai Seorang Anak

Hallo, ini saya. Apa yang kamu pikirkan jika sedang overthinking? Pasti banyak sekali skenario-skenario yang kita ciptakan sendiri dalam pikiran sampai rasanya ingin meledak. Rasanya menjadi manusia paling terluka di muka bumi ini, merasa menjadi manusia paling lonely, paling nggak beruntung yang jatuhnya membawa diri pada rasa tidak bersyukur. Semua hal yang seharusnya kita syukuri justru tertutup oleh pikiran-pikiran negatif kita, dan itu bahaya untuk kewarasan akal kita. Saya sendiri tiap kali overthinking datang menghampiri akal pikiran saya, selalu datang pertanyaan tentang kredibilitas diri saya sebagai anak. Apakah saya sudah cukup baik menjadi anak? Apakah saya sudah cukup untuk bisa dikatakan sebagi anak yang berbakti kepada orang tua? Apakah saya dewasa ini masih jadi beban orang tua? Apakah saya sudah cukup memberi kebahagiaan pada orang tua? Dan saya selalu ingin menanyakan ini “Bu, apakah ibu bangga dengan saya yang sekarang?”. Sebagai seorang anak saya

Teman Bertumbuh

Hai, ini Drie. Hari ini saya sedikit sibuk dengan persiapan event Bulan Bahasa. Btw, teman-teman suka atau pernah ngadain Bulan Bahasa juga?. Kalau suka dan pernah, cerita dong keseruannya gimana. Sedari satu bulan lalu saya bersama rekan-rekan yang lainnya mempersiapkan acara ini, terhitung H-2 lagi kita akan sampai pada acara. Bulan bahasa ini acara tahunan yang dilaksanakan oleh HIMA (Himpunan Mahasiswa) Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, event ini dilaksanakan dalam rangka memeriahkan peristiwa Sumpah Pemuda di mana dalam teks sumpah pemuda terdapat pengkukuhan bahasa Indonesia sebagai ibu bahasa. “Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, ranah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa yang satu, bahasa Indonesia.” Oh, iya, topik hari ini adalah mengenai “ Punya banyak teman di komuitas blog? Mengapa akrab dengan teman t

4 Alasan Saya Malas Update Blog

Hallo, ini Drie. Hari ini saya tidak sengaja melihat update-an di laman facebook Kumpulan Emak-Emak Blogger tentang blog challenge satu hari satu post, dalam rangka menyambut hari Blogger yang jatuh pada 27 Oktober nanti. Setelah saya cermati, ternyata saya tertarik untuk mengikuti challenge tersebut. Kebetulan saya memang sedang mengkomitmenkan diri untuk konsisten menulis lagi, untuk mencairkan kebekuan kata dalam otak saya, kekakuan saya dalam menulis dan keasiangan saya dengan cerita. Challenge ini akan saya jadikan sebagai pemantik untuk menulis dan aktif lagi ngeblog, agar ‘rumah’ tempat saya menumpahkan cerita kembali lagi hidup dan terisi. Blog challenge ini akan dilaksanakan mulai dari 19 Oktober s.d 25 Oktober dengan tema berbeda setiap harinya. Tentunya ini akan menjadi tantangan tersendiri buat saya, dan semoga saya bisa berkomitmen hehehe. Bisa lah ya? Cuman 7 hari aja kok . Mari kita lihat, Drie semoga kamu berhasil. Tulisan pertama ini akan membahas men

Cakue Special untuk Sehan

Penawaran Pertama Mau saya belikan cakue?, kebetulan saya lagi mampir jajan dulu 17.54 Tawarku melalui pesan singkat yang sengaja kirim. Entah, ketika aku mengetik penawaran itu rasanya sedikit hm.. malu? Sekaligus senang. Karena dengan sedikit keberanian yang kupunya, akhirnya aku bisa menawarinya jajanan favoritku. Status di bawah nama kontak itu berubah menjadi mengetik, menandakan dia sedang mengetik untuk membalas pesan yang kukirimkan. Aku dengan harap cemas memperhatikan status mengetik itu. Aku tidak sabar menunggu balasannya. Enggak 17.56 Singkat, jelas dan padat. Sial. Sebenanya jawaban yang dia berikan cukup membuat aku tersadar, bahwa kita sejauh itu. Aku tidak sedekat itu untuk menawari apa yang ingin aku beli. Sedikit memutar otak, kutemukan jawaban yang pas  untuk mengalihkan perasaan ngenesku karena tawaran ditolak. Kalaupun mau juga beli sendiri sih wkwk 17.56 Jawabku agar penawaran yang sebelumnya terkesan sekedar basa-basi. Dia menjawab. Tuh kan, udah ketebak bakal k

Malam Sendu di Bawah Dekapan Langit Jakarta

Malam sendu di bawah dekapan langit Jakarta. Aku berjalan, menelusuri lorong-lorong yang hampir tidak terpakai. Menyapa trotoar-trotoar jalan kesepian. Aku menghibur diriku sendiri. Atas duka yang kurasakan lima menit lalu. Tidak apa-apa, aku akan melaluinya. Malam sendu dibawah dekapan langit Jakarta, juga kekecewaan yang semakin menggila menguasai diri tak terkendali. Aku meraung sakit. Sedikit sesak hingga sulit ku mengerti. Aku marah pada rumput-rumput yang hanya bisa menertawakan ku di jalan. Meneriaki ku karena aku menunjukan kesedihan. Bukankah itu sah-sah saja? Aku juga manusia. Aku dicumbu rasa cemburu kehidupan, marah atas hal-hal yang tidak bisa kuraih. Rasa benci juga ikut menggerogoti diri, mendesak hingga sesak. Rusak.  Kekecewaan itu kian menggunung di ujung pelupuk mata menjelma genangan air yang siap tumpah kapan saja. Aku terluka, luka-luka yang ku kira terkira ternyata tidak terkira. Memeluk hati yang rapuh dan luka yang kian hari kian mendalam.  Terpenjara perasaan

Langitku Bukan Tentang Kamu Lagi

Langitku bukan tentang kamu lagi.  Namamu sudah melebur terbawa angin lewat, tertarik paksa dari dalam diri meski sudah ku kunci rapat-rapat dalam hati. Daun-daun melambai sendu, ikut bersedih atas duka yang kurasakan.  Angin menyapa ilalang-ilalang yang menyanyikan lagu patah hati. Langit juga ikut sendu, menggelap hingga turun hujan.  Mencoba membantu menghapus jejak langkahmu juga segala kenangan indah yang pernah kita lukis di sepanjang jalan. Aku sendirian, berdiri ditepi harapan yang ku bangun dengan angan. Segala kenangan indah yang kita lalui melambai membelai mesra ingatan.  Aku tidak tahan. Buang saja. Percuma ku saksikan jika hanya membangun kesepian itu semakin mencekik diri. Aku tertunduk, membisikan kekecewaanku pada bumi. Biarkan saja, akan ku beritahu segala sakit juga kecewa yang kurasakan. Syukur-syukur dia menenggelamkan mu pada bagian terdalam luka yang kurasakan.  

Rain-Raini-Rindu

"Rain-Raini-Rindu" Tiga kata sejuta makna. Bagi seseorang yang menyimpan kenangan dalam hujan akan ada masa dimana saat hujan kenangan itu kembali mencuat kepermukaan layaknya air yang meluap.  Entah itu kenangan yang menyenangkan atau menyakitkan. Aku satu dari sekian orang yang menyimpan kenangan pada hujan, menitipkan bagian-bagian cerita yang ku rangkai pada setiap butir-butir hujan yang jatuh dengan harapan itu akan abadi disana, bersama hujan. Sialnya aku menyesal. Aku lupa jika yang kutitipkan bukan hanya tentang kebahagiaan tapi juga hal yang menyakitkan. Makannya, adakalanya aku suka saat hujan ada kalanya aku benci dengan hujan. Hujan harusnya meninggalkan genangan bukan malah mengingatkan kenangan. Drieeindri

Perasaan yang Sama-sama Menyebalkan

Kubuka lagi lembaran-lembaran naskah cerita kita yang sempat kutulis Berharap masih ada bab yang bisa kulanjutkan kisahnya Ternyata, naskah itu berhenti di bab perpisahan. Sore itu, sore yang penuh dengan kebisuan. Langit jingga kehilangan keindahannya ditelan malam yang kelam. Udara dingin yang menusuk juga sunyi yang mengusik. Kita terdiam diakhir kata selesai, udah sampai sini aja, tidak bisa lanjut. Bukan karena bosan atau hilang perasaan tapi karena sudah tak sejalan. Kau dengan rasa sakitmu, aku dengan rasa kehilanganku. Perasaan yang sama-sama menyebalkan. 

Sedikit Kecelakaan di Pagi Hari

Saya pernah menulis "Berkendara itu, satu dari sekian cara untuk melihat keegoisan manusia. Kenapa begitu? Karena manusia tidak pernah mau bersabar". Salah satunya saya. Hari ini saya berangkat lebih pagi dari biasanya, dengan harapan bisa menikmati suasana pagi lebih lama dan lebih nyaman. Nyatanya jauh dari harapan. Saya lupa kalau hari ini sudah mulai sekolah, tentu saja jalanan akan jauh lebih ramai dari biasanya. Banyak kendaraan yang berlomba-lomba ingin memimpin garis depan agar sampai tujuan lebih cepat. Saya sendiri lebih lambat dari orang lain. Jika diibaratkan saya berjalan seperti kura-kura yang memangku rumahnya kemana-mana. Saya terlalu asik mendramatisir keadaan sekitar saya, pada ibu yang buang sampah, anak sekolah dengan putih-birunya berlarian di trotoar jalan, seorang ayah yang mengantar putrinya, bapak disudut jalan menikmati rokoknya, juga pak polisi yang sedang menertibkan lalu lintas. Matahari tepat menyoroti wajah saya, hangatnya membelai p

Pikiran Manusia Emang Seriuh Ini Ya?

Saya hampir tenggelam pada lautan pikiran yang tak berdasar. Sebelum akhirnya ditarik kemudian oleh kenyataan. Akhir-akhir ini pikiran saya tidak baik. Banyak hal yang seharusnya saya pikirkan malah menjadi-jadi menciptakan kekhawatiran.  Khawatir akan hari esok, lusa, dan seterusnya. Pertanyaan 'bagaimana kalau' terus bersarang dikepala tanpa pernah menemukan jawaban. Haha pikiran manusia emang seriuh ini ya? Berisik. 

Minggu Pagi Sebelum Kerja

Suasana minggu pagi selalu berbeda. Jalanan yang lebih ramai pejalan kaki dari biasanya, udara yang terasa jauh lebih segar meskipun sama saja. Juga semangat orang-orang yang menguar dari para pejalan kaki. Aku berkendara dengan pelan, penuh penghayatan. Kalau dulu kata Sani, tadabur.  Orang-orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, ada yang pemanasan sebelum mulai berolah raga, ibu-ibu pulang belanja dari pasar, penjual dan pembeli bubur untuk sarapan atau hanya sekedar jalan-jalan santai biasa. Saya sendiri sedang duduk didepan toko yang belum buka sembari menikmati dodongkal yang saya beli beberapa menit lalu hehe. Pagi ini penuh kegiatan, bahkan 7.15 yang menurut saya sepagi ini sudah ada yang foto prewedding diperempatan jalan. Untungnya kang foto orang berbeda dengan yang saya temui di sekolah. Aduh, tepat di depan saya sedang take video. Dua pasangan itu sedang berjala dengan bergandengan tangan juga jangan lupakan ekspresi bahagia di wajahnya.  Apakah saya yang

Aku Ada di Sini, Senantiasa Menanti Kepulanganmu

Hari ini aku bertemu adikmu, dia sama kayak kamu, sama persis.  Bedanya dia versi perempuan.  Dia tumbuh cantik, sangat cantik. Kamu pasti membanggakan dia, aku bisa membayangkan kamu bersemangat menceritkan tentang dia.  Bahkan sepanjang hari itu hanya akan kamu isi tentang dia. Aku akan mendengarkan kamu, tenang saja. Bolehkan dia ku ajak ke rumahku? Akan kujadikan dia sebagai tahanan tidak langsung. Aku tidak akan mengijinkan dia pulang, jika kamu tidak menjemputnya. Aku ingin bertemu denganmu. Sejak perpisahan waktu itu, perpisahan yang kuanggap bukan perpisahan (meski akhirnya kamu menghilang) aku tidak pernah bertemu denganmu lagi.  Apakah luka yang kutorehkan padamu terlalu dalam, sampai-sampai kau menyembunyikan diri. Berlari sejauh mungkin agar tidak bertemu dengaku lagi? Apakah, rasa sakit itu masih terasa jelas? Mari aku obati, kata orang terkadang yang bisa menjadi obat atas luka adalah sumber luka itu sendiri. Apakah, semua hal tentangku menjadi ingatan terburu