|Terima kasih sudah berkunjung. Ini merupakan kolaborasi dari SeaSky. –Tempat di mana laut dan langit bertemu di situlah kamu akan menemukan kami|
Hai.
Ini hari pertama tantangan 7 hari menulis bareng Rasiaksahara. Aku cukup menanti ini, karena ini merupakan project pertama. Dari sekian tantangan menulis, yang pernah kuikuti dan berakhir gagal ditengah-tengah. Semoga ini bisa selesai sampai akhir.
A memory.
Sesuatu hal yang mengharuskanku membawa ingatan menyelami diri lebih dalam. Membuka lemari kenangan dan memeriksa file-file mana yang menyimpan ingatan yang 'sesuatu'. Aku tidak tahu pasti "A Memory" di sini itu kenangan yang baik atau buruk.
Akan ku buka file-file kenangannya satu persatu. File kenangan pertama yang kubuka berwarna merah, itu menandakan kenangan yang membuatku marah dan terluka. Aku berpikir sebentar, mempertimbangkan apakah file kenangan merah ini kubuka saja? Hah, tiba-tiba dadaku sesak. Membayangkan kemungkinan kenangan menyakitkan yang kusimpan di file kenangan itu.
Setelah hampir tiga puluh menit berpikir untuk memutuskan membukanya atau tidak, aku memutuskan akan membukanya. Meskipun itu berarti aku membuka kenangan dan ingatan lama yang membuatku terluka dan menjadi alasanku melarikan diri hingga sekarang.
Selain itu beberapa alasan kenapa aku memutuskan untuk membukanya adalah, pertama aku terlalu sering membuka file kenangan yang berisi kebahagian saja, kenangan yang sengaja kupilih untuk menutup seberapa terkukanya aku.
Maka dari itu, di momentum ini aku memutuskan untuk membukanya. Kedua, aku ingin mulai berdamai dan berhenti berlari dari luka-luka yang kutinggal pergi seorang diri. Aku akan menjemput rasa sakit itu, dan mengajaknya berjalan berdampinga. Ketiga, aku ingin belajar memaafkan.
Kembali pada file kenangan merah itu, aku dengan penuh keyakinan meembukanya perlahan.
Hal pertama yang terpampang di file kenangan merah itu adalah, tentang bagaimana aku merasa terbuang. Kenapa aku merasa terbuang? Entahlah sejak kejadian 'itu' yang menjadi sebenar-benarnya luka bagiku, aku belum sempat berhenti dari pelarian untuk sekedar bertanya pada diri "kenapa aku merasa terbuang?", aku hanya fokus berlari dan pergi sejauh yang aku bisa.
Dengan baik sejak kepergian bapak, aku tetap berusaha menjalin hubungan baik dengan mereka yang bapak bilang itu keluarga. Aku menebalkan wajahku setiap kali aku bekunjung untuk menutupi rasa malu. Aku tidak ingin dianggap sebagai orang yang perlu dikasihani, aku hanya ingin menjalin hubungan dengan baik.
Hah, aku sudah sejauh ini mengetik dan tetap saja tidak bisa secara gamblang menyebutkan ataupun menjelaskan apa yang ada di file kenangan merah itu. Aku tidak sanggup, apakah boleh aku berhenti di sini saja? Biar ku ganti dengan file berikutnya? Lupakan perkataan ku diawal tentang keberanian semu untuk membuka file kenangan merah ini.
Mari kita simpan kembali file kenangan merah itu, kita beralih ke file selanjutnya. File ini berwarna biru, aku tersenyum. Sudah pasti file kenangan biru ini hal-hal yang menyenangkan dan membuatku bahagia.
Mari kita buka.
Hujan dan Kenangannya di Februari. File biru ini membawaku pada kenangan tahun 2016 ketika aku berada di Sekolah Dasar. Waktu itu hujan deras, angin terseok-seok menari bersama hujan. Sementara aku sedang berada di ruang kelas duduk dan bercengkrama asik bersama teman-teman lainnya. Dingin mulai menyergap kaki yang tidak memakai kaos kaki, teman laki-laki lainnyapun sama sedang bersenda gurau dibelakang kelas.
Hujan tak berhenti-henti sejak satu jam yang lalu, itu membuat kami mulai merasa tidak enak berdiam diri. Kami mulai bosan dengan apa yang kami lakukan, kami ingin sesuatu yang seru. Sampai salah satu teman lelakiku membuka pintu yang kebetulan di luar kelas masih hujan, dia dengan berani menembus hujan membiarkan dirinya basah kuyup sambil tertawa lepas. Itu momen yang sangat luar biasa bagiku, diusia itu kita masih bebas tanpa beban dan tuntutan bagaimana menjadi dewasa.
Termasuk dia, cinta pertamaku (>_< kyaaaa!! Hallo!! kalo kamu baca ini aku izin yaa hehe tidak bermaksud apa-apa) ikut mebaurkan diri bersama hujan. Ternyata setelah aku benar-benar sadar hampir semua teman-teman sekelas ikut bermain hujan, menadah air hujan dengan ember lalu menumpahkannya dilantai dan berselancar bebas kemudian.
Tentang dia, dia hanya menadah air hujan dengan tangannya sampai penuh. Lalu melemparkannya padaku yang kebetulan berjarak tidak jauh dari tempat dia berdiri. Hah, biasa bisa dibayangkan bagaimana setelahnya? Di tengah-tengah ramainya teman sekelas yang bermain hujan bersama ada aku juga bersama dia yang tertawa dan saling mengejar satu sama lain untuk saling membalas.
Entahlah, waktu itu hal-hal semacam itu menjadi momen spesial dan sumber bahagia. Ketika aku sedang mengejarnya dengan air hujan ditanganku seolah-olah lagu Hujannya-Utopia terputar secara otomatis ikut mengabadikan moment itu.
Bagimana sekarang? Ya seperti yang kusebutkan kalau momen itu kuabadikan dalam lagu Hujan-Utopia. Pastinya tidak hanya aku, setiap orang pasti setidaknya satu lagu dalam hidupnya yang dititipi kenangan.
Hm.. mungkin itu saja, hal-hal yang bisa kutulis ditopik pertama "A Memory". Semoga ini juga membawa kamu untuk menyelami kenangan-kenangan yang kamu simpan di memori kenanganmu.
Terkadang tidak apa-apa untuk pergi mengenang hal-hal yang sudah berlalu baik itu hal yang menyenangkan ataupun tidak, dengan baik terima semuanya dengan baik dan terbuka.
Beberapa terakhir ini aku beberapa kali bertemu dengan quotes yang kurang lebih mengatakan seperti ini "Masa lalu biarlah menjadi masa lalu, seburuk apapun itu kamu masih tetap punya masa depan yang belum tersentuh. Kamu berhak membuat masa depanmu menjadi lebih baik."
Ya, masa lalu tetap masa lalu. Untuk kenangan yang kurang menyenangkan di masa lalu dan masih kamu bawa sampai sekarang, seperti file kenangan merahku. Pelan-pelan kita coba lepaskan, kita tinggalkan kenangan itu atau simpan saja di lemari kenangan dan menguncinya rapat. Lalu, sisanya kita ikhlas dan terima dengan baik. Meskipun itu tak semudah yang kubilang, karena aku sendiri juga kesulitan.
Apalagi setelah kusadari, alih-alih menerima tapi malah melarikan diri dari luka-luka itu justru orang-orang yang sedikitnya terlibat dalam kenangan yang tidak menyenangkan itu semakin mendekat dan menampakkan diri. Hingga aku merasa sesak sendirian lagi.
Tak ada jalan lain selain berhenti berlari, dan membalikan diri lalu membuka diri untuk menerima. Selamat mencoba.
Kalo ternyata setelah membuka diri dan menerima mereka malah membuat luka kamu semakin dalam, ayoo ajak aku. Aku siap tempur!!! Dan membiarkan diriku sendiri kalah hehehe aku bercanda.
Terima kasih, have fun..
Comments
Mikir apa yaa dulu, masih bocil jugaa